REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT – Seiring masih berlangsungnya genosida Israel di Jalur Gaza, pasukan penjajahan Israel juga makin brutal di Tepi Barat. Pejabat tinggi hak asasi manusia PBB telah memperingatkan situasi yang semakin buruk bagi warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki.
“Situasi di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, memburuk secara dramatis,” kata Volker Turk kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa pada Selasa.
Dia mengatakan 528 warga Palestina, 133 di antaranya anak-anak, dibunuh oleh pasukan militer atau pemukim Israel sejak awal perang di Gaza pada bulan Oktober hingga 15 Juni. “Banyak kasus meningkatkan kekhawatiran serius akan pembunuhan di luar hukum”.
Pada periode yang sama, 23 warga Israel tewas dalam bentrokan dengan warga Palestina di Tepi Barat dan Israel, termasuk delapan anggota pasukan keamanan, menurut komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia.
Dua pekan lalu, merujuk Aljazirah, Turk mengatakan masyarakat di Tepi Barat “hari demi hari menjadi sasaran pertumpahan darah yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
Dia berbicara ketika militer Israel menangkap setidaknya lima warga Palestina selama penyerbuan beberapa kota dan desa di Ramallah dan gubernur el-Bireh di Tepi Barat, menurut kantor berita Palestina WAFA. Kantor berita itu juga melaporkan serangan pemukim terhadap lahan pertanian Palestina di desa Yasuf, sebelah timur Salfit.
Semalam, pasukan Israel menangkap puluhan warga Palestina di Qusrah dekat Nablus, juga di Tepi Barat, membawa mereka ke sekolah tempat mereka ditahan dan diinterogasi, WAFA melaporkan.
Pasukan Israel telah menangkap rata-rata 35 warga Palestina setiap hari sejak perang dimulai, dengan 9.112 warga Palestina dipenjara di penjara-penjara Israel pada 1 Juni. Jumlah ini hampir dua kali lipat jumlah warga Palestina yang dipenjara pada 1 Oktober, menurut penghitungan yang dilakukan oleh kelompok tahanan Palestina.
Turk juga mengatakan kepada dewan yang beranggotakan 47 orang itu bahwa dia “terkejut” dengan pengabaian hukum hak asasi manusia dan kemanusiaan internasional di Gaza, di mana “telah terjadi kematian dan penderitaan yang tidak masuk akal”. “Lebih dari 120.000 orang di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh atau terluka sejak 7 Oktober akibat serangan intensif Israel,” kata pejabat itu.
Israeli occupation forces raided the town of Beit Furik, east of Nablus.
Israeli soldiers fired tear gas and live ammunition at Palestinian youths in the town, killing one and injuring others. pic.twitter.com/DvBc5YT7yO
— Wafa News Agency - English (WAFANewsEnglish) June 15, 2024
“Sejak Israel meningkatkan operasinya ke Rafah pada awal Mei, hampir satu juta warga Palestina terpaksa mengungsi lagi sementara pengiriman bantuan dan akses kemanusiaan semakin memburuk.”
Lebih dari 37.000 orang telah syahid dan lebih dari 85.400 orang terluka dalam agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan di daerah kantong Palestina pada Selasa. Revisi jumlah korban tewas di Israel akibat serangan pejuang Palestina di Israel selatan mencapai 1.139 orang dan puluhan orang masih ditawan di Gaza.
Turk mengatakan dia “sangat khawatir dengan meningkatnya situasi” antara Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon karena setidaknya 401 orang di Lebanon dilaporkan gugur dalam pertempuran tersebut, termasuk paramedis dan jurnalis.
Lebih dari 90.000 orang menjadi pengungsi di Lebanon, dan lebih dari 60.000 orang menjadi pengungsi di Israel dengan 25 korban jiwa di pihak Israel, katanya. Misi permanen Israel untuk PBB di Jenewa menuduh Turk “sepenuhnya mengabaikan kekejaman dan kebiadaban terorisme” dalam pidatonya di hadapan dewan tersebut.