Rabu 19 Jun 2024 11:13 WIB

Mengapa Netflix Selalu Menyelipkan Karakter LGBT yang Sebenarnya Tidak Diperlukan?

Netflix mengikuti kebijakan di masing-masing wilayah.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Partner
.
Foto: network /Rahma Sulistya
.

Sutradara Joko Anwar dalam Gala Premiere Joko Anwars Nightmares and Daydreams. (Netflix)
Sutradara Joko Anwar dalam Gala Premiere Joko Anwars Nightmares and Daydreams. (Netflix)

FILMUSIKU.com — Dua tahun ini, Indonesia mulai mengadakan kolaborasi dengan Netflix untuk meluncurkan serial dan film original Netflix. Sebut saja seperti film Dear David, lalu serial “Gadis Kretek” dan yang terbaru “Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams”.

Bisa memiliki serial atau film dari Netflix mungkin jadi satu kebanggaan besar, karena Netflix merupakan salah satu platform tontonan terbesar di dunia. Apalagi saat pandemi, nonton streaming di Netflix seperti menjadi sebuah habit baru pengganti nonton bioskop.

Netflix juga disebut-sebut membuat banyak orang enggan nonton ke bioskop, dan memilih menunggu saja film yang ingin ditonton tayang di Netflix. Namun, yang menjadi sorotan adalah setiap serial atau film dari original Netflix, pasti memunculkan karakter LGBT atau adegan ranjang.

Sudah banyak sekali tontonan yang menyuguhkan hal tersebut, bahkan Dear David dan “Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams” ikut memunculkan karakter LGBT. Sementara dalam “Gadis Kretek” memunculkan adegan ranjang antara Dian Sastrowardoyo sebagai Jeng Yah dan Ario Bayu sebagai Raja.

Dear David memiliki karakter Dilla yang diperankan Caitlin North Lewis, yang merupakan seorang lesbian. Meski cantik, diam-diam ia memendam rasa pada sahabatnya, Laras yang diperankan Shenina Cinnamon. Dilla sempat mengungkapkan perasaannya pada Laras di akhir cerita.

Andai Dilla bukan seorang lesbian dan tetap bersahabat dengan Laras, ini sama sekali tidak akan mengganggu alur cerita utamanya. Yakni kisah romansa antara Laras dengan lelaki khayalannya di sekolah, David yang diperankan Emir Mahira.

Lalu dalam “Joko Anwar’s Nightmares and Daydreams” episode 3 Poems and Pain, karakter Hendra Ono diperankan oleh Restu Sinaga memiliki hubungan gay dengan Anthon yang diperankan Tora Sudiro. Lagi-lagi, ini merupakan karakter gay yang tidak diperlukan.

Dalam cerita tersebut, Laras yang diperankan Marissa Anita, harus pergi ke dokter untuk memeriksa keadaannya setelah merasakan pengalaman yang dialami kembarannya, Rania. Dokter itu adalah Anthon, jika dokter itu tetap Anthon namun bukan pasangan Hendra Ono, itu tidak akan mengganggu alur cerita utama.

Anthon tetap bisa menjadi dokter, sementara Hendra Ono tetap bisa menjadi penerbit, tanpa perlu mengumbar orientasi seksual mereka. Tetapi, Netflix memang melakukan banyak hal untuk representasi LGBT lewat film dan serial.

Netflix memiliki begitu banyak konten sehingga mereka meluncurkan kembali vertikal LGBT mereka, yang ternyata ditujukan untuk membantu penggemar menemukan hal-hal yang mungkin terlewatkan. Tetapi bukan hanya muslim yang lebih banyak menentang soal orientasi seksual itu, banyak juga orang-orang di luar muslim yang menganggap karakter LGBT di Netflix tidak diperlukan.


Cuplikan adegan episode 1 Old House, Joko Anwars Nightmares and Daydreams. (Netflix)
Cuplikan adegan episode 1 Old House, Joko Anwars Nightmares and Daydreams. (Netflix)

Melansir The Hollywood Reporter, negara muslim seperti Turki, pernah ditolak Netflix terkait produksi serial original Netflix Turki “If Only”. Hal itu dikarenakan pihak berwenang Turki menuntut perusahaan streaming tersebut untuk menghapus karakter gay dari naskah.

Netflix pun menghentikan produksi serial itu, dengan alasan adanya penolakan atas karakter pendukung homoseksual dalam naskah, sehingga Netflix tidak mau mengeluarkan izin pembuatan film.

Saat itu pada 2020, adalah pertama kalinya Turki ikut turun langsung untuk menyensor acara Netflix di Turki. Seorang perwakilan Netflix mencatat bahwa acara streaming dengan konten LGBT, ditayangkan tanpa sensor di platform Turki-nya. Netflix telah membantah tuduhan telah menghapus karakter gay dari serial original Netflix Turki lainnya, “Love 101”, di bawah tekanan dari Ankara.

“Kami tidak menyunting ‘Love 101’ untuk menghapus karakter LGBT dari acara tersebut, karena memang tidak pernah ada karakter LGBT sejak awal,” kata Netflix saat itu.

Dalam pernyataan resminya, Netflix mengatakan tetap berkomitmen untuk memproduksi tayangan di Turki, salah satu pasar internasional yang tumbuh paling cepat bagi raksasa streaming tersebut.

“Netflix tetap berkomitmen penuh kepada anggota Turki kami dan komunitas kreatif di Turki,” kata mereka lagi. Namun, kebijakan Netflix rupanya tetap mengikuti peraturan setempat terkait tayangan original. Ini mengindikasikan, Netflix bisa memberi rekomendasi karakter LGBT atau adegan ranjang, namun semua kembali lagi tergantung pada pihak rumah produksi.

Selain muslim, kritik mengenai peran LGBT yang tidak diperlukan juga dikritik banyak orang. Seperti sebuah meme yang beredar luas, ketika karakter animasi Patrick dari Spongebob SquarePants yang akan memasukkan labu ke dalam tabung yang berisi makanan ke mulut Spongebob.

Meme tersebut mengaitkan para pemain dengan peran baru. Patrick menjadi Netflix, labu menjadi ‘karakter gay yang tidak diperlukan’, dan Spongebob menjadi ‘serial baru apa pun dari Netflix’. Idenya, tentu saja, adalah bahwa Netflix memaksa memasukkan unsur LGBT ke dalam tayangan mereka.

Mengingat ukuran labu dan ukuran corong (serta bagaimana meme tersebut umumnya digunakan), idenya adalah bahwa hal itu dilakukan harus dengan segala cara.

Meme itu menjadi viral dan banyak yang menanggapinya, baik yang mendukung maupun yang menentang. Beberapa merasa benar dengan mengatakan bahwa streamer itu mencoba menormalisasi kaum LGBT, sementara yang lain mengambil pendekatan yang berlawanan.

sumber : https://filmusiku.com/posts/314325/mengapa-netflix-selalu-menyelipkan-karakter-lgbt-yang-sebenarnya-tidak-diperlukan-
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement