Rabu 19 Jun 2024 17:10 WIB

Polda Bali Ungkap Modus Pelaku Pengoplosan LPG Tabung 3 KG

Pelaku memindahkan isi gas dari tabung LPG subsidi 3 kg ke tabung 12 kg.

Pekerja menata gas elpiji 3 kg bersubsidi (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja menata gas elpiji 3 kg bersubsidi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Bali mengungkap modus pelaku pengoplosan liquefied petroleum gas (LPG) dari tabung ukuran 3 kilogram ke tabung 12 kilogram yang dilakukan tersangka IWR (61).

"Tersangka IWR mengoplos tabung LPG subsidi 3 kilogram ke 12 kilogram belajar dari teman, dilakukan secara manual," kata Wakil Direktur Reskrimsus Polda Bali Ajun Komisaris Besar Polisi Ranefli Dian Candra saat konferensi pers di Lobi Ditreskrimsus Polda Bali, Denpasar, Rabu (19/6/2024).

Polisi menangkap IWR di belakang rumahnya di Banjar Pande, Desa Abiansemal, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, pada Ahad (16/6/2024) sekitar pukul 06.20 Wita.

Saat ditangkap Tim Unit 2 Subdit IV Ditreskrimsus Polda Bali, IWR sedang melakukan pengoplosan atau pemindahan isi gas dari tabung LPG subsidi 3 kilogram ke dalam tabung LPG nonsubsidi ukuran 12 kilogram.

Saat penangkapan itu, kata Ranefli, ada 15 tabung LPG ukuran 12 kilogram sedang dalam pengisian dari tabung LPG 3 kilogram.

Mantan Kapolres Tabanan itu menjelaskan untuk mengisi satu tabung LPG 12 kilogram diperlukan empat unit tabung LPG subsidi ukuran 3 kilogram. Di masyarakat, gas 3 kg dijual di kisaran Rp 30 ribu. Selanjutnya setelah terisi, tabung berisi gas 12 kilogram dijual ke konsumen dengan harga Rp 200 ribu per tabung.

Motif tersangka IWR mengoplos isi tabung LPG tersebut untuk mendapatkan keuntungan berlipat-lipat dari LPG subsidi 3 kilogram yang seharusnya diberikan pemerintah untuk masyarakat kurang mampu.

"Penghasilannya sebagai pedagang di pasar tidak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri tersangka IWR pun mengetahui tindakan suaminya tersebut, tapi istrinya tidak ikut dalam pengoplosan gas sehingga tidak dapat dipidana meskipun dia mengetahui ada tindakan pengoplosan di rumahnya," kata Ranefli.

Menurut Ranefli, tindakan IWR termasuk kategori pengoplosan gas rumahan karena bekerja sendiri. Saat ini, polisi masih akan melakukan pemeriksaan terhadap seorang saksi berinisial M asal Baturiti, Kabupaten Tabanan, yang diduga menjadi pemasok LPG 3 kilogram kepada tersangka IWR.

"Saksi M akan diperiksa penyidik Ditreskrimsus Polda Bali pada Kamis (20/6/2024)," tambahnya.

Tersangka IWR mengaku mendapat pasokan gas dari M selama empat tahun terakhir. Setelah mengetahui cara mengoplos, dia mulai melakukan pengoplosan sekitar empat bulan belakangan hingga akhirnya ditangkap polisi.

Barang bukti yang disita dari tersangka di tempat kejadian perkara adalah 40 unit tabung berisi LPG 12 kilogram, tujuh unit tabung LPG 12 kilogram kosong, 107 unit tabung berisi LPG 3 kilogram, 174 unit tabung LPG 3 kilogram kosong, 15 pipa besi dengan panjang 15 centimeter yang digunakan sebagai media pengoplosan gas.

Selain itu, polisi juga menyita satu unit mobil merk Suzuki Carry untuk mengangkut tabung gas, sebuah paku ukuran 10 centimeter, 21 bungkus plastik warna bening dalam keadaan sobek-sobek bekas pembungkus es batu, dan 16 buah karet seal.

Atas perbuatannya tersebut, IWR dijerat Pasal 55 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dalam Pasal 40 angka 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara dan denda Rp 60 miliar.

Saat ini, tersangka IWR sudah ditahan di ruang tahanan sementara Mapolda Bali menunggu proses lebih lanjut.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement