REPUBLIKA.CO.ID -- Tokyo dan Ramallah atau Jalur Gaza jaraknya sekitar 9.000 kilometer. Tak hanya berjarak secara geografis, kedua wilayah punya kebudayaan serta status sosio-ekonomi yang sangat kontras. Sukar membayangkan bahwa Jepang, atau setidaknya sebagian warganya, adalah salah satu yang paling aktif memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Alkisah, pada akhir dekade 1960-an, di Jepang muncul banyak organisasi yang didirikan sejumlah mahasiswa kiri mentok. Anak-anak muda itu memimpikan dunia setara yang harus dicapai dengan cara apapun.
Pada awal 1970-an, merujuk catatan resmi kepolisian Jepang, salah satu organisasi itu melakukan kontak dengan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) yang didirikan pejuang Palestina George Habash. Sama-sama berhaluan Marxis, kedua organisasi klop.
Pada 1971, Fusako Shigenobu salah satu aktivis perempuan Jepang, kemudian bertolak ke Lebanon dan mendirikan Tentara Merah Jepang (Japanese Red Army/JRA) alias Nihon Sekigun. Ia membawa serta puluhan aktivis kiri Jepang.