REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Polemik antara nasab habaib Pendiri Pondok Pesantren Tajul Alawiyin Bogor Habib Bahar bin Smith dengan Rhoma Irama kembali bergulir. Habib Bahar mengecam Rhoma Irama yang menceritakan pengalamannya ceramah bersama seorang habib. Di mana, menurut Rhoma Irama, habib itu menyampaikan tidak mengapa ada habib yang maksiat karena kemuliaan nasab atau keturunannya yang bersambung ke Rasulullah.
Terkait hal itu, Habib Bahar meminta Rhoma Irama untuk tidak membuat fitnah. Saat berbicara di depan masyarakat, Habib Bahar mengajak jamaahnya untuk tidak percaya dengan pernyataan Rhoma Irama.
Dalam video podcastnya, Rhoma Irama juga mengaku setuju perlu diadakan tes DNA kepada kelompok Ba'awali untuk membuktikan mereka benar-benar keturunan Nabi Muhammad. Sayangnya, ujar Rhoma, sekelompok habaib menolak ide tes itu. Terlepas dari polemik kedua tokoh tersebut, bagaimana sebenarnya pencatatan nasab alawiyyin bermula?
Sejarah pencatatan nasab alawiyyin telah dimulai oleh Syekh Ali bin Abubakar Al-Sakran pada abad ke-15 Masehi. Pencatatan nasab alawiyyin juga dilakukan Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad dengan bantuan pendanaan dari raja-raja India. Beliau memerintahkan untuk melakukan pencatatan alawiyyin di Hadramaut pada abad ke-17 masehi.