Kamis 20 Jun 2024 11:07 WIB

Menelusuri Jejak Ulama Habaib di Indonesia, Ahli Hadits Hingga Mufti Jakarta

Mereka tak hanya menyebarkan syiar Islam lewat dakwah lisan tetapi juga tulisan.

Red: A.Syalaby Ichsan
Ulama Nusantara yang lahir di Pekojan, Batavia (Jakarta) Al-Habib Sayyid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-‘Alawy al-Husainy.
Foto: Suara Muhammadiyah
Ulama Nusantara yang lahir di Pekojan, Batavia (Jakarta) Al-Habib Sayyid Usman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-‘Alawy al-Husainy.

REPUBLIKA.CO.ID, Ulama adalah pewaris para nabi. Begitulah sabda Rasulullah SAW. Di antara kaum ulama itu, terdapat orang-orang alim yang berasal dari zuriyah beliau. Bagi masyarakat Indonesia, yang demikian itu akrab disebut sebagai habib (plural: habaib).

Mereka tidak hanya aktif menyebarkan syiar Islam melalui dakwah lisan, tetapi juga tulisan. Filolog A Ginandjar Sya'ban mengatakan, kalangan habaib--setidaknya sejak abad ke-18 atau 19--telah mewariskan ribuan kitab. Karya-karyanya meningkatkan kecintaan umat terhadap ilmu-ilmu agama.

Baca Juga

Ia menyebut, satu contoh sosok teladan, yakni Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Dai kelahiran Surabaya, Jawa Timur, itu diketahui telah menulis lebih dari 150 buku di sepanjang hayatnya. Sebagian besar karyanya masih dapat dijumpai di pelbagai perpustakaan, termasuk Maktabah Kanzul Hikmah yang diasuh Majelis Hikmah Alawiyah (Mahya) di Jakarta Selatan.

Ginandjar Sya'ban menjelaskan, Habib Salim menulis dengan penuh kesadaran sebagai orang Indonesia. Buktinya, pada setiap sampul buku-buku karyanya selalu tergurat nama lengkapnya yang di tambahi dengan gelar al-Indunisi atau al-Jawi. Salah satu disiplin keilmuan yang dikuasainya ialah hadis.