REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah Nabi Nuh dan umatnya selamat dari bencana (atau azab) banjir besar, manusia melanjutkan kehidupannya. Mereka kembali membangun keluarga, berketurunan, dan menyembah Allah SWT. Ketika itu, manusia masih mengingat betapa pedihnya siksa Allah di dunia dan sedih rasanya kehilangan orang-orang tersayang.
Dengan begitu, mereka istikamah menegakkan perintah Allah, yaitu hanya menyembah Allah dan menjauhi segala apa yang dilarang. Syariat agama dijalankan dengan maksimal. Kehidupan pun berjalan dengan teratur.
BACA JUGA: Titik Lemah Kasus Vina, Pengakuan Kapolri Hingga Perlawanan Terpidana
Namun keadaan ideal seperti itu berubah ketika manusia sudah jauh dari kehidupan Nabi Nuh. Mereka tak lagi mengingat (atau sengaja melupakan dan mengabaikan) sejarah kelam banjir hebat yang pernah terjadi akibat kemungkaran. Sehingga pada masa Kaum Ad, mereka mulai bertingkah sombong, mengedepankan ego sebagai bangsa terbaik, melupakan hakikat kehidupan sebagai makhluk Allah, menjadi makhluk bengis dan kejam.