REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat mahasiswa Program Studi Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan inovasi bisnis dalam bidang budidaya telur burung puyuh rendah kolesterol. Hasil riset itu merespons kesadaran pentingnya pola makan sehat yang semakin meningkat di masyarakat.
Tim yang terdiri Delisa Rezi Meirawati, Agus Muhaimin, Nuranisa, dan Salsabilla Putri Priyandani pun berhasil lolos dalam Program Pengembangan Mahasiswa Wirausaha (P2MW). Mereka menawarkan solusi untuk mengurangi kadar kolesterol dalam telur burung puyuh dengan menggunakan tepung kunyit sebagai tambahan pada pakan.
Delisa, selaku ketua tim menjelaskan, burung puyuh dipilih karena memiliki beberapa keunggulan. Pertama, burung puyuh memiliki siklus produksi yang cepat dan efisien, sehingga memungkinkan produksi telur yang stabil dalam waktu singkat.
"Kedua, telur puyuh dikenal memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun, tantangan utama adalah mengurangi kadar kolesterol dalam telur untuk menjadikannya lebih sehat," ucap Delisa dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Salah satu inovasi utama dalam usaha itu adalah penggunaan tepung kunyit sebagai tambahan pada pakan burung puyuh. Tepung kunyit dipilih karena kaya kandungan antioksidan dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, termasuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi.
Menurut Delisa, tepung kunyit berasal dari kunyit yang dihaluskan menjadi bubuk, lalu dicampurkan dengan perbandingan 50 kilogram (kg) pakan komersial dan 500 gram kunyit bubuk. Untuk memastikan hasilnya, tim membeli pullet burung puyuh yang berusia tiga sampai empat pekan atau yang sudah siap bertelur.
"Kemudian, diberikan pakan yang dicampur dengan tepung kunyit pada hari ketujuh setelah pullet tersebut datang," ucap mahasiswa angkatan 2020 ini.
Selanjutnya, untuk memastikan efektivitas inovasinya, empat mahasiswa tersebut melakukan pengujian di Laboratorium Biomedik UMM. Dengan membandingkan antara telur hasil produksi mereka dan yang dijual di pasaran. Hasil uji laboratorium tersebut menunjukkan, telur burung puyuh yang dihasilkan memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan dengan telur yang ada di pasaran.
"Kami yakin bahwa peternak dan masyarakat dapat mengadopsi praktik yang sama dengan memberikan tepung kunyit pada pakan burung puyuh sejak usia lima minggu. Memang masih perlu penelitian lebih reinci dan detail lagi. Namun hasil pengamatan kami menunjukkan kolesterol rendah di telur puyuh ini," ucap Delisha.
Menariknya, pengembangan usaha dilakukan tim di Desa Sidodadi, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang. Pemilihan lokasi didasarkan pada ketiadaan peternak burung puyuh di daerah tersebut. Sehingga, peluang untuk mengembangkan budidaya burung puyuh sangat besar.
Kesuksesan kelompok ini juga tak lepas dari peran aktif dosen Peternakan UMM, Bayu Etty Tri Adiyastiti yang melakukan bimbingan di lapangan. Mulai dari proses persiapan hingga pelaksanaan proyek, termasuk pelatihan startup digital dan sesi pembinaan bulanan yang diselenggarakan secara rutin.