REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Ada yang berbeda dari penyelenggaraan ibadah tahun ini. Sebanyak 53.863 jamaah haji Indonesia mengikuti skema murur yang diterapkan pemerintah. Dengan skema ini, jamaah haji hanya melintas di Muzdalifah atau tidak turun dari bus.
Jamaah haji banyak yang merasakan manfaat dengan diterapkannya kebijakan murur. Sebelum berangkat ke Muzdalifah, salah satu jamaah asal Banjarmasin, Walial Fatah (62 tahun) sudah berdiskusi dengan ketua kloternya untuk murur.
Setelah diperiksa dokter, denyut jantung Fatah juga tidak normal. Sehingga, ia pun disarankan untuk mengikuti skema murur yang telah disiapkan Kementerian Agama (Kemenag)
"Setelah diperiksa mau berangkat, diperiksaip dokter denyut jantung saya, kemudian melihat riwayat penyakit saya, dia nyarankan harus ikut murur," ujar Fatah saat ditemui Republika setelah tiba di Mina dan melempar jumrah di Jamarat, Rabu (19/6/2024) menjelang Subuh.
Dengan mengikuti murur, ia bersyukur tidak nyasar saat menuju ke Mina. Karena, setelah tiba di Muzdalifah ia hanya berdiam dan berdoa di dalam bus, lalu langsung berangkat ke Mina.
"Alhamdulillah kalau ikut murur yang jelas gak sampai nyasar gitu. Sebagian teman-teman banyak yang nyasar dari Arafah ke Mina, yang jalan kaki itu kan agak susah kalau banyak," ucap Fatah.
Untik mabit di Muzdalifah, jamaah haji Indonesia membutuhkan stamina dan fisik yang kuat. Namun, dengan skema murur Fatah bersama istrinya, Nurhaniwati (58 tahun) bisa melewatinya dengan mudah. Tenaganya ia simpan untuk melontar jumrah di Mina selama empat malam berturut-turut pada 10-13 Dzulhijjah 1445 Hijriyah.
"Alhamdulillah lempar jumrah lebih lancar, dan lebih fokus beribadah," kata Fatah.
Skema murur ini memang diutamakan bagi jamaah Risiko Tinggi (Risti), Lanjut Usia (Lansia), dan disabilitas. Karena itu, Fatah dan istrinya berterima kasih kepada Kemenag yang telah menerapkan program murur ini.
"Jadi kami bersyukur sekali, berterima kasih sekali dengan adanya program murur ini," jelas Fatah.
Awalnya Fatah dan Nurhaniwati sempat ragu-ragu untuk mengikuti program murur ini. Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari pembimningnya, mereka pun yakin skema murur juga sah dilakukan dalam proses ibadah haji.
"Kami ragu-ragu saat itu karena kan gak berhenti dulu gitu. Tapi akhirnya pak ustadz kami menjelaskan sedetail mungkin. Setelah dijelaskan, kami menerima sejelas-jelasnya yang akhirnya kami ikut aja gitu. Alhamdulillah sampai sekarang masih nyaman," kata Fatah.
Sementara itu, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjelaskan, insiden di Muzdalifah saat haji tahun 2023 lalu memang menyisakan trauma bagi jamaah dan petugas haji Indonesia. Kala itu proses mobilisasi jamaah dari Muzdalifah ke Mina berlangsung hingga 13.30 WAS.
Lamanya mobilisasi itu membuat banyak jamaah yang pingsan karena cuaca yang terik. Kondisi lapar dan haus juga membuat banyak jamaah meluapkan emosinya kepada para petugas.
“Tahun lalu tantangan terbesar kita adalah Muzdalifah. Kita semua mencatat, ritual mabit di Muzdalifah menyisakan trauma yang cukup mendalam bagi jemaah haji dan petugas,” kata Yaqut saat sambutan dalam acara Malam Apresiasi Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di Makkah, Rabu (19/6/2024) malam.
Tahun lalu, lanjut dia, jamaah haji yang berada di Muzdalifah baru bisa dievakuasi pukul 14.00 pagi Waktu Arab Saudi (WAS). Jamaah sempat tertunda keberangkatannya dari Muzdalifah menuju Mina. Hal ini karena jalan yang dilalui jamaah dengan lalu lintas bus sama. Akhirnya jalan penuh, bus-bus yang harusnya mengangkut jamaah malah terjebak macet di Mina.
Bus-bus yang harusnya sudah tiba di Muzdalifah cukup lama menunggu dan akhirnya terjadi keterlambatan. Di tengah cuaca panas itu, jamaah akhirnya banyak yang pingsan dan sakit.
Namun, tahun ini, berkat kerja keras petugas, semua jamaah yang mabit di Muzdalifah sudah bersih sejak pukul 7.30 pagi. Karena itu, dia mengapresiasi kinerja petugas haji tahun ini.
“Tanpa saudara-saudara sekalian trauma tahun lalu bukan tidak mungkin akan kembali terjadi,” ucap dia.
Dia bersyukur berada di lingkungan PPIH yang merupakan orang-orang pilihan terbaik. Sehingga, kata dia, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dan harus diselesaikan tidak terasa berat.
“Saya memiliki petugas yang tangguh, petugas yang tidak pernah kenal lelah, berdedikasi tinggi, profesional, seperti kalian,” kata Yaqut.
Di acara yang sama, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag, Hilman Latief melaporkan, total jamaah haji Indonesia yang wukuf di Arafah sebanyak 212.822 jamaah dengan jumlah 553 kloter. Mereka tinggal di 1.169 tenda yang telah disiapkan pihak Masyariq.
Pergerakaan jamaah dari Arafah ke Mina kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Menurut dia, ada jamaah yang berangkat dari Arafah menuju Muzdalifah dan ada jamaah yang melakukan murur di Muzdalifah menuju ke Mina langsung.
"Pergerakan jamaah haji skema normal dari Arafah ke Muzdalifah sebanyak 158.955 jamaah atau 75 persen. Pegerakan jamaah haji dengan skema murur langsung menuju Mina sebanyak 53.863 jamaah atau sekitar 25 persen," kata Hilman.