REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir membentuk tim investigasi pada Kamis (20/6/2024) untuk menyelidiki kematian jamaah haji Mesir di Makkah selama cuaca panas ekstrem. Sumber medis dan keamanan mengatakan setidaknya 530 jamaah haji Mesir meninggal dan 31 orang hilang.
Dilansir di The New Arab, Jumat (21/6/2024), dalam beberapa hari terakhir, ratusan orang dari berbagai negara wafat dalam kondisi yang buruk saat menunaikan ibadah haji di Arab Saudi. Suhu terkadang melebihi 51 derajat Celsius.
BACA JUGA: Arab Saudi Prediksi 2025 Jadi Haji Terakhir di Musim Panas
Sumber medis, yang merupakan anggota delegasi resmi haji Mesir, mengatakan mayoritas dari mereka yang meninggal tidak terdaftar secara resmi. Ini berarti mereka tidak dapat mengakses tenda.
Dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan pembentukan unit krisis atas perintah Presiden Abdel Fattah al-Sisi, kabinet Mesir mengatakan 28 kematian telah dikonfirmasi dari 50.752 jamaah haji Mesir yang terdaftar secara resmi.
Laporan tersebut tidak memberikan jumlah korban yang tidak terdaftar. Mesir sedang mengupayakan inventarisasi akurat mengenai jumlah korban wafat dan hilang. Mesir sedang berkoordinasi dengan Arab Saudi untuk mengatur pemindahan jenazah.
Perusahaan yang memfasilitasi perjalanan bagi jamaah haji yang tidak terdaftar akan diselidiki dan dikenakan sanksi. Seorang saksi Reuters mengatakan selama ziarah, ribuan jamaah berbaring di jalanan, terkena sinar matahari dalam pendakian Gunung Arafah, salah satu ritual integral dalam perjalanan haji.
Jenazah jamaah yang meninggal kemudian ditutup dengan kain ihram sampai kendaraan medis tiba. Puncak ibadah haji yang dimulai Jumat lalu diikuti 1,8 juta jamaah dari seluruh dunia.
Para ilmuwan iklim mengatakan kenaikan suhu menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap peristiwa tersebut, meskipun kematian akibat panas selama ibadah haji bukanlah hal baru dan telah tercatat sejak tahun 1400-an.