Jumat 21 Jun 2024 18:59 WIB

Siapa yang Harus Disalahkan Tingginya Kematian Musim Haji Tahun Ini?

Banyak jamaah haji yang tidak terdaftar secara resmi.

Rep: Lintar Satria/ Red: Muhammad Hafil
Arafah di musim haji (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Arafah di musim haji (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Angka kematian musim haji dilaporkan tahun ini lebih dari 1.000 orang. Tingginya suhu udara di Mekkah yang sempat mencapai 52 derajat Celsius pada pekan ini. 

Di negara asal jamaah haji, perdebatan sengit terjadi tentang siapa yang harus disalahkan. Untuk menunaikan ibadah haji, para jamaah harus memiliki izin resmi dari Arab Saudi untuk masuk ke negara tersebut.

Baca Juga

Karena lebih banyak Muslim yang ingin datang daripada tempat yang tersedia, Arab Saudi menjalankan sistem kuota setiap tahunnya. Kepadatan dan kepanasan telah menjadi masalah serius sejak dulu.

Perjalanan ke Arab Saudi biasanya difasilitasi agen perjalanan, yang sering kali terhubung dengan organisasi komunitas Muslim atau masjid di negara asal. Mereka mengatur akomodasi, makanan dan transportasi di Mekkah.

Para jamaah yang terdaftar kemungkinan besar akan menjadi bagian dari rombongan atau kamp di Mekkah yang dijalankan oleh agen-agen perjalanan tersebut.

Dikutip dari Deutsche Welle, Jumat (21/6/2024) beberapa keluarga korban menyalahkan pihak berwenang Arab Saudi atau pihak berwenang di negara mereka karena tidak cukup terorganisir atau gagal menyediakan tempat berteduh yang cukup dari cuaca yang sangat panas.

Sebagian lainnya menyalahkan jamaah yang tiba di Makkah tapi tidak terdaftar.

Pada awal pekan ini Direktur Keamanan Publik Saudi Mohammed bin Abdullah al-Bassami mengatakan lebih dari 171.000 jamaah yang tidak terdaftar diidentifikasi berada di negara itu sebelum ibadah haji dimulai.

Sebelumnya badan keamanan Arab Saudi sudah meluncurkan kampanye untuk menangkap siapa pun yang melakukan ibadah haji secara ilegal.

Jamaah haji yang tidak terdaftar tidak dapat mengakses fasilitas yang sama - AC, air, tempat berteduh, dan pusat-pusat pendingin - seperti jamaah haji yang terdaftar, yang mungkin juga menyebabkan jatuhnya korban.

"Suhu udara sangat tinggi dan orang-orang tidak patuh dan juga tidak menyadari [betapa berbahayanya cuaca panas]," kata  seorang manajer dari  agen perjalanan swasta Mesir yang telah membawa jamaah haji Mesir ke Mekkah selama beberapa tahun dan berada di Arab Saudi pekan ini.

"Semua orang melakukan apa yang mereka inginkan, dan semuanya tidak terorganisir dengan baik. Selain itu, tenda-tenda yang disediakan tidak cukup untuk semua orang," kata manajer itu yang tidak disebutkan namanya karena tidak berwenang berbicara dengan media.

Namun, tidak ada penyerbuan, katanya

"Orang-orang senang berdiri di Gunung Arafah," katanya.

"Pandangan saya adalah bahwa ketika orang-orang menyadari betapa panasnya cuaca dan teriknya matahari, mereka seharusnya menghindari naik ke puncak," katanya.

Ia menambahkan banyak jamaah tidak menyadari mereka bisa berdiri di lereng yang lebih rendah untuk melakukan ritual tersebut. "Para peziarah harus lebih teredukasi dan lebih sadar," lanjutnya.

"Negara tentu saja memiliki kewajiban dan memikul tanggung jawab. Tapi perilaku beberapa [jamaah] menunjukkan kurangnya kesadaran. Dan yang saya maksudkan adalah kesadaran tentang bagaimana melakukan ritual haji. Sebagai contoh, negara [Saudi] tidak dapat menempatkan kerai di puncak Gunung Arafah," tambahnya.

Sementara tuduhan dan permohonan bantuan terus berlanjut, satu hal yang pasti: Ibadah haji hanya akan semakin panas.

Studi tahun 2019 yang menanyakan apakah upaya Arab Saudi untuk mendinginkan jemaah haji berhasil atau tidak menyimpulkan meskipun langkah-langkah resmi memang membantu, tidak ada jalan keluar dari fakta  perubahan iklim akan membuat haji menjadi lebih panas dan, oleh karena itu, lebih berbahaya setiap tahunnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement