Ahad 23 Jun 2024 00:13 WIB

Ini Kata Menag Soal Tantangan Penyelenggaraan Haji 2024

Masalah ruang dan kesehatan menjadi persoalan utama penyelenggaraan haji 2024.

Sejumlah bus yang membawa jamaah haji Indonesia melintas menuju Makkah di Mina, Makkah, Arab Saudi, Selasa (18/6/2024). Jamaah Indonesia yang mengambil nafar awal mulai didorong dari Mina menuju hotel di Makkah hingga sebelum matahari terbenam pada 12 Zulhijah atau 18 Juni 2024, sementara yang mengambil nafar tsani akan meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah atau 19 Juni 2024.
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Sejumlah bus yang membawa jamaah haji Indonesia melintas menuju Makkah di Mina, Makkah, Arab Saudi, Selasa (18/6/2024). Jamaah Indonesia yang mengambil nafar awal mulai didorong dari Mina menuju hotel di Makkah hingga sebelum matahari terbenam pada 12 Zulhijah atau 18 Juni 2024, sementara yang mengambil nafar tsani akan meninggalkan Mina pada 13 Zulhijah atau 19 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tantangan pada penyelenggaraan haji tahun 2024 ini adalah lahan. Termasuk lahan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) yang menjadi lokasi berlangsungnya puncak ibadah haji.

“Space tentu saja. Tantangan pertama itu ruang yang memang serba terbatas, di Muzdalifah yang sudah terbatas,” kata Menag saat memberikan keterangannya kepada Media Center Haji di Madinah, Jumat (21/6/2024).

Baca Juga

Selain itu saat ini di Muzdalifah dibangun toilet-toilet baru yang memakan tempat lebih dari dua hektar. Sedangkan di Mina kapasitas tempat tidak bertambah sementara jamaah bertambah banyak. " Sehingga mau tidak mau akan terjadi kepadatan. Tantangannya di situ saya kira,” kata Menag.

Pria yang akrab disapa Gus Men itu berkata, tantangan lain pelaksanaan haji adalah masalah kesehatan. Karena itu tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pada pelaksanaan haji 2024, Kementerian Agama (Kemenag) memperlakukan istithaah sebagai syarat pelunasan bagi jamaah.

“Dari sisi kesehatan ini juga penting. Tahun-tahun sebelumnya kita tidak memperlakukan istithaah kesehatan sebagai syarat untuk melakukan pelunasan. Jadi jamaah harus sehat dulu, baru kemudian melunasi," imbuh Menag.

Ia mengklaim, istithaah mampu menekan angka jamaah Indonesia yang meninggal dunia selama melakukan proses ibadah haji. "Alhamdulillah ini juga bisa menekan angka wafatnya jamaah yang ada di prosesi haji ini,” ujar Menag.

Menag menjelaskan, istithaah adalah salah satu ikhtiar Kemenag memberikan pelayanan terbaik untuk jamaah. "Saya kira beberapa hal ini selalu kita ikutiarkan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan layanan kepada jamaah haji Indonesia,” kata Gus Men.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement