REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Putri Mantingan, Ngawi, Jawa Timur, dikunjungi tamu kehormatan. Dia adalah Wakil Grand Syekh al-Azhar, Muhammad ad-Duwainy yang datang bersama sejumlah ulama dari Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan ASFA Foundation dan pengurus pesantren.
Kedatangan Wakil Grand Syekh yang berlangsung pada Ahad (23/6/2024) itu disambut 4.904 santri Gontor Putri 1,2, dan 3, di Auditorium pesantren yang terletak di Kabupaten Ngawi Jawa Timur tersebut.
BACA JUGA: Marak Depopulasi, Kapan Muslim jadi Mayoritas di Eropa?
Di hadapan ribuan santri, Wakil Grand Syekh menyatakan rasa kagum terhadap pesantren yang pertama kali dibangun di Desa Gontor, Ponorogo, Jawa Timur tersebut. Sebab di tempat tersebut, santri mempelajari kearifan Islam, menanamkan benih islam yang wasathiy, mengamalkannya dalam bentuk akhlak mulia, dan kelak mendakwahkannya kepada masyarakat luas. Para santri akan mewarnai dinamika keislaman di masa yang akan datang.
“Pondok Gontor berada di dalam hati al-Azhar, baik jasad maupun ruhnya,” kata Wakil Grand Syekh di hadapan para santri.
Pernyataan tersebut menggambarkan kedekatan al –Azhar dengan Gontor yang terjalin sejak puluhan tahun lalu.
Berdasarkan catatan, sejumlah Grand Syekh dari berbagai periode pernah mengunjungi pesantren yang kini telah melahirkan 20 pondok cabang dan menjadi inspirasi sekitar 1.200 pesantren alumni Gontor. Mereka adalah Abdul Halim Mahmud (1910-1978),
Mahmud Syaltut (1893-1963), Syekh Tontowi yang berkunjung ke Gontor pada 2006, dan Syekh Ahmad Muhammad Thayyeb yang berkunjung ke Gontor pada 2016.
Syekh Mahmud Syaltut saat mengunjungi Gontor disambut pendiri Gontor KH Ahmad Sahal (1901-1977). Saat itu, Syekh Mahmud berdoa semoga nantinya akan ada seribu Gontor di Indonesia. Kemudian Kiai Sahal yang merupakan putra KH Santoso Anom Besari mengaminkan doa tersebut.
Saat mengunjungi Gontor, Muhammad ad-Duwainy juga disambut tiga Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH Hasan Abdullah Sahal, Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi, dan KH Akrim Mariyat. Dia dan rombongannya disambut sebagaimana Gontor menyambut para tamu negara yang pernah datang ke sana.
Lihat halaman berikutnya >>>