REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN – Perlindungan yang diberikan para penguasa Islam kepada umat Kristen Armenia di masa lalu tidaklah bertepuk sebelah tangan. Saat banyak sejarawan di Eropa coba mendiskreditkan Nabi Muhammad SAW, seorang uskup Kristen Armenia, Sebeos, justru berkisah positif terhadap junjungan umat Islam tersebut.
Sebeos diketahui hidup pada abad ke-7, berbarengan dengan meluasnya penaklukan Islam dari Arabia. Ia mencatatkan perang Persia melawan Bizantium, serta kejatuhan kedua imperium itu di tangan pasukan Muslim.
Selain itu, Sebeos juga diketahui sebagai penulis arsip tertua tentang Rasulullah di luar kalangan umat Islam. Dia memiliki pengetahuan tentang nama Nabi Muhammad, pekerjaannya sebagai pedagang, dan dampak transformatif dari wahyu ilahi yang tak terduga pada kehidupan Nabi Muhammad.
Merujuk islamonweb.net, Sebeos adalah penulis non-Muslim pertama yang menyajikan teori kebangkitan Islam berlandaskan apa yang diyakini oleh umat Islam sendiri. Dia sezaman dengan Muhammad SAW dan menulis sejarah dunia dari penciptaan hingga zamannya.
Seperti disebutkan di atas, Sebeos menyebut Nabi Muhammad di beberapa tempat dalam sejarahnya. Ia menggambarkan Rasulullah sebagai seorang saudagar yang mendapat wahyu dari Allah. Ia juga menyebutkan bahwa Nabi Muhammad mengajarkan agama yang menolak kemusyrikan dan menyerukan penyembahan kepada satu Tuhan.
Begini tulisannya tentang Rasulullah:
“Pada saat itu, seorang laki-laki dari antara putra-putra Ismail, bernama Mahmet [yaitu, Muhammad], seorang pedagang, seolah-olah atas perintah Tuhan menampakkan diri kepada mereka sebagai pengkhotbah [dan] jalan kebenaran. Dia mengajari mereka untuk mengenali Tuhannya Abraham, terutama karena dia terpelajar dan mendapat informasi dalam sejarah Musa. Sekarang, karena perintahnya datang dari atas, maka dalam satu perintah mereka semua berkumpul dalam kesatuan agama.
Meninggalkan pemujaan mereka yang sia-sia, mereka berpaling kepada Tuhan yang hidup yang telah menampakkan diri kepada ayah mereka, Abraham. Maka Mahmet membuat undang-undang bagi mereka: tidak makan bangkai, tidak minum anggur, tidak berbicara bohong, dan tidak melakukan zina.
Dia berkata: 'Dengan sumpah, Tuhan menjanjikan tanah ini kepada Abraham dan keturunannya setelah dia untuk selama-lamanya. Dan dia mewujudkan apa yang dia janjikan pada saat dia mencintai Israel. Tapi sekarang kamu adalah anak-anak Abraham dan Tuhan sedang menggenapi janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya untukmu. Cintai dengan tulus hanya Tuhan Abraham, dan pergi dan rebut tanah yang Tuhan berikan kepada ayahmu Abraham. Tak seorang pun akan mampu melawanmu dalam peperangan, karena Tuhan menyertaimu.’”
Dari tuturan itu, terdapat indikasi bahwa Sebeos banyak mengalami peristiwa yang diceritakannya. Dia berpendapat bahwa kisah penaklukan Arab berasal dari para tawanan yang menjadi saksi mata penaklukan tersebut. Tulisannya tentang kebangkitan Islam berakhir pada kekuasaan Muawiyah dalam perang saudara Arab.
Sedikit yang diketahui tentang kehidupan Sebeos. Pada 645, Sebeos menghadiri konsili keempat Dvin di Armenia, dan merupakan salah satu penandatangan konsili tersebut. Karya Sebeos mengenai sejarah Armenia dihormati di negara tersebut.
Dia adalah sumber utama jatuhnya Kekaisaran Bizantium dan Sasania serta penaklukan Muslim. Penulis Armenia pertama yang menyebutkan Sebeos adalah pendeta abad ke-8 Lewand. Penulis James Howard Johnston menggambarkan Sebeos sebagai sejarawan yang tak bias dan menempatkannya bersama dengan sejarawan Armenia populer lainnya. Tulisan-tulisannya berharga sebagai salah satu dari sedikit sumber utuh yang mencatat sejarah Armenia abad keenam dan wilayah sekitarnya. Sejarah Sebeos diterbitkan pertama kali pada 1851 di Istanbul.