Selasa 25 Jun 2024 04:18 WIB

Bukan Soal Baru: Marginalisasi Islam di Tajikistan

Islam di Tajikistan mengalami pasang-surut.

Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Marginalisasi Islam di Tajikistan bukan hal baru. Foto - Seorang wanita di depan benteng kota tua Hissor, Tajikistan.
Foto:

Perang sipil di Tajikistan (Februari 1990) menghasilkan dua hal yang saling berlawanan. Di satu sisi, negara ini menjadi republik mandiri yang merdeka (proklamasi pada 24 Agustus 1990). Namun di sisi lain, kemiskinan menyelimuti negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam ini.

Dan, persoalan klasik pun muncul. Kemiskinan dijadikan 'senjata' untuk mengeluarkan seorang Muslim dari agamanya. Para misionaris dengan didanai lembaga misi internasional menyebar diri ke berbagai wilayah untuk menawarkan doktrin agamanya. Imbalannya pun "menggiurkan", yakni keterbebasan dari lilitan kemiskinan.

"Bagi mereka yang keimanannya tidak kuat, maka demi setengah karung gandum, dia akan rela menjual agamanya. Dan demi sekarung gandum, bisa saja besok hari dia pindah agama," ujar tokoh Muslim Tajikistan, Abdullo Hakim Rahnamo.

Sejak beberapa tahun belakangan, kegiatan misionaris makin menggeliat. Mereka misalnya, datang dari organisasi Kristen yang berbasis di Korea, Amerika Serikat dan negara lainnya.