REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) memiliki peluang besar untuk berinvestasi di Arab Saudi. Hal ini sejalan pula dengan Visi 2030 Arab Saudi yang menargetkan peningkatan jumlah jamaah haji dan umrah secara signifikan.
Ketua Dewan Pengawas BPKH, Firmansyah menjelaskan, dalam rangka mendukung ekosistem ekonomi haji dan umrah pihaknya telah mendiskusikan berbagai peluang investasi yang bisa ditangkap BPKH Limited, anak usaha BPKH yang baru didirikan di Arab Saudi pada 16 Maret 2023 lalu.
"Ini kita baru diskusi di dalam tadi. Sebenarnya banyak ya yang bisa kita lakukan di sini," ujar Firmansyah saat berkunjung ke dapur katering jamaah haji Indonesia, Buroq Al Misk di Makkah, Ahad (8/6/2024) lalu.
Di sebuah ruangan di Buroq Al Misk, Firmansyah mendiskusikan peluang bisnis BPKH di Arab Saudi bersama Kepala BPKH, Fadlul Imansyah. Hadir juga Anggota BPKH Amri Yusuf, serta Direktur BPKH Limited Sidiq Haryono.
Meskipun peluang investasi cukup banyak, tapi investasi yang dijalankan BPKH Limited pada musim haji tahun ini baru di sektor akomodasi, di mana pihaknya telah mengirimkan 76 ton bumbu Indonesia untuk masakan jamaah haji Indonesia di Arab Saudi. Selain itu, pihaknya juga melihat peluang investasi di sektor perhotelan.
"Tapi yang udah jalan kan bumbu tadi. Dan kalau kita lihat peluang kita di sini cukup banyak, penginapan udah pasti kan. Karena setiap tahun ada jamaah. Belum yang umrah sekitar 2 juta orang, itu peluang kita juga," ucap Firmansyah.
Tidak hanya di sektor konsumsi dan akomodasi, menurut Firmansyah, ke depannya BPKH Limited juga sudah melihat peluang untuk berinvestasi dalam layanan transportasi. "Lalu selain penginapan, ada transportasi, tadi bagaimana kita bekerja sama dengan transportation management yang ada di sini," kata dia.
Namun, menurut dia, BPKH Limited baru mempriorotaskan untuk berinvestasi pada sektor yang paling mudah dulu untuk dilakukan, yaitu pada katering jamaah haji Indonesia. "Setelah itu step berikutnya tadi saya minta juga kita coba dari bisnis penginapan. Jadi kita join dengan yang berpengalaman," jelas dia.
Firmansyah juga telah meminta kepada BPKH Limited untuk membuat garis waktu dalam menjalankan investasi di Saudi. "Saya minta tadi bikin timeline ya, project A, B, C, D, E. Yang A itu yang paling mudah yang bisa dijalankan dalam jangka pendek. Lalu yang B yang jangka menengah seperti apa. Yang C jangka panjang, jadi invest kita punya ataupun kita sewa atau BOT (Build Operate Transfer) tadi," kata Firmansyah.
Misalnya, pihaknya juga sudah melihat lahan kosong di Makkah untuk dijadikan tempat transit bagi jamaah. Karena, menurut dia, banyak jamaah yang harus check out dari hotel sekitar pukul 12.00 siang. Sementara, pesawatnya terkadang baru akan berangkat pada pukul 02.00 dini hari.
"Bisa jadi gelandangan kadang-kadang teman-teman kita di sini. Nah ini kan kalau orang sedikit mungkin gampang. Tapi kalau orang banyak itu butuh cost lagi dan kasihan juga jamaahnya," jelas Firmansyah.
Karena itu, dalam pertemuan itu muncullah ide untuk menyewa lahan-lahan kosong di Arab Saudi, yang nantinya bisa dijadikan sebagai tempat transit untuk jamaah.
"Nah kita punya ide tadi, barusan aja di sini kita ngobrol. Coba bagaimana kalau lahan kosong itu kita sewa, lalu kita di sana juga ada semacam rest area gitu loh untuk menampung orang-orang Indonesia khususnya supaya dia tidak terlantar, sehingga mereka merasa terhibur dan punya tempat istirahat yang enak," kata dia.
"Bila perlu transportasinya tadi dari hotelnya diangkut ke sana. Di sana kemudian juga dikasih tempat jual bakso, ketoprak, dan lain-lain," ucap dia menambahkan.
Di tempat yang sama, Kepala BPKH, Fadlul Imansyah menambahkan, pada musim haji tahun ini, sebenarnya BPKH Limited mempunyai rencana untuk sewa jangka panjang satu atau dua hotel di Arab Saudi. "Tapi karena prosesnya kebanyakan orang sewa jangka panjang itu satu Muharam setelah selesai haji, jadi kita juga udah kelewat lagi waktunya," jelas Fadlul.
Namun, meskipun tahun ini belum bisa menyewa hotel, BPKH Limited melakukan optimalisasi di area hotel-hotel yang disewa Kementerian Agama (Kemenag). Karena, dalam menyewa hotel di Arab Saudi, Kemenag sebetulnya menyewa full satu gedung. "Nah satu hotel itu lobby-lobby-nya kan banyak yang kosong," ujar dia.
Selama ini, lanjut dia, penyewaan ruang-ruang kosong itu agak sporadis. Banyak penyewa-penyewa yang tidak terkoordinasi dengan Kemenag.
"Dan pendapatannya pun belum tahu itu larinya sekarang ke mana. Tapi sekarang sudah dapat konsesi dari Kemenang atas 120 hotel. Yang disewa sebenarnya ada 160-an. Tapi saat ini yang kita dapat ada 120 hotel," ucap Fadlul.
Jumlah hotel yang disewakan ke UMKM ini naik signifikan dibandingkan tahun lalu, yang hanya 18 hotel. Untuk area restoran di hotel, kemudian disewakan kepada para pengusaha UMKM yang kebanyakan mereka adalah diaspora dari Indonesia.
"Dan itu nanti di bawah itu sudah menyediakan makanan-makanan atau warung-warung masakan Indonesia, sehingga para jamaah kalau lapar, bisa tinggal turun beli jajanan di situ," kata Fadlul.
Kedepannya, Fadlul berharal semua upaya bisnis yang dijalankan BPKH Limited itu bisa dikembangkan lebih baik lagi. "Tapi kembali lagi ini masalah timing, masalah sumber daya manusia, masalah proses, sistem, dan juga bagaimana bisa kita beradaptasi dengan kultur yang ada di Arab Saudi," jelas dia.
"Jadi insya Allah kedepannya kita akan lebih ekspansif," ucap Fadlul.
Tahun depan, dia juga berharap BPKH Limited sudah bisa menyewa dua atau tiga hotel di Arab Saudi untuk ditempati jamaah. Menurut dia, penyewaan tiga hotel itu sudah lebih dari cukup, karena proses bisnis hotel itu tidak mudah.
"Dan itu bahasa kami adalah learning curve. Setelah pecah telur, nanti ke depannya kita lihat ya, karena kita juga sudah koordinasi dengan beberapa penyelenggara ibadah haji di ASEAN. Dan mereka juga cukup tertarik untuk kita sama-sama kolaborasi," kata Fadlul.
Untuk mendukung investasi BPKH Limited di Arab Saudi, tahun ini pihaknya pun menginjeksi modal sebesar 50 juta riyal atau sekitar Rp 200 miliar. Namun, dalam rencana bisnisnya, ke depannya pihaknya akan menginjeksi sebesar Rp 3 triliun.
"Tahun ini kita injeksi 50 juta Saudi Riyal. Nah ke depannya sebenarnya di dalam business plan kita itu Rp 3 triliun," jelas dia.