REPUBLIKA.CO.ID, BATAM – Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau (DJPb Kepri) Kementerian Keuangan RI Indra Soeparjanto mengatakan, Kota Batam merupakan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kepri. Menurutnya, hal itu berkat diantaranya pemberlakuan Free Trade Zone (FTZ) dan kawasan ekonomi khusus (KEK) di Batam.
“Pertumbuhan ekonomi Kepri atau PDRB Kepri 65 persen diproduksi oleh Batam. Jadi, Batam berkontribusi 65 persen, lalu (wilayah Kepri lain diantaranya) 7 persen Bintan, 7 persen Tanjung Pinang, 7 persen Natua, 5 persen Karimun. Setengah lebih ada di Batam,” ujar Indra kepada wartawan dalam acara Press Tour Kemenkeu yang digelar di kawasan Harbour Bay, Batam, Kepri, Rabu (26/6/2024).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Kepri pada triwulan 1-2024 secara year on year (yoy) tumbuh sebesar 5,01 persen. Pertumbuhan itu didorong oleh kategori konstruksi yang memiliki andil pertumbuhan 2,53 persen dan kategori industri pengolahan yang memberikan andil pertumbuhan 1,65 persen.
Perekonomian Kepri triwulan 1-2024 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp 85,60 triliun dan atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp 51,25 triliun.
Menurut penuturan Indra, pertumbuhan ekonomi itu merupakan dampak dari fasilitas Batam sebagai FTZ dan KEK. Fasilitas itu menjadi stimulus kelancaran pergerakan ekonomi di wilayah tersebut dengan bergulirnya para investor.
“Pasti (dampak FTZ dan KEK). Dengan adanya fasilitas-fasilitas itu investor masuk ke sini. Dari zaman Otorita Batam, kemudian jadi FTZ, dan kemudian KEK, semakin banyak industri yang masuk berarti kan skala ekonominya terus berkembang,” tuturnya.
Indra mencontohkan diantara bentuk keseriusan yang dilakukan adalah gencarnya pembangunan jalan hingga lima jalur. Fasilitas itu menjadi salah satu yang memudahkan pergerakan dari sentra-sentra industri menuju ke pelabuhan. Sehingga perekonomian pun kian menggeliat.