REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Pengembangan Halal Assurance System, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ni Putu Desinthya mengatakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah Indonesia menunjukkan tren positif. Hal ini tergambar dalam sejumlah pencapaian seperti peringkat pertama dalam Global Muslim Travel Index 2023 hingga posisi ketiga dalam Global Islamic Economy Indikator 2023.
"Kalau kita lihat, peran bisnis dan pembiayaan syariah terhadap PDB mencapai 46,71 persen," ujar Putu saat diskusi Halal Business Forum bertajuk "Menyatukan Tekad Sinergitas, Mewujudkan Indonesia Produsen Halal dan Syariah Dunia" di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Putu juga menyebut pertumbuhan aset keuangan syariah per Maret 2024 yang naik 9,52 persen menjadi Rp 2.650 triliun. Putu mengatakan daya saing produk halal Indonesia mulai dilirik oleh negara-negara lain.
"Tren pertumbuhan ekspor produk halal dalam lima tahun terakhir meningkat 10,95 persen," ucap Putu.
Putu memaparkan jumlah sertifikasi halal per 7 Juni 2024 tumbuh 33 persen sebesar 1,81 juta sertifikasi halal. Putu menyebut kehadiran Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah di 30 provinsi pun turut memacu akselerasi industri halal di berbagai daerah.
"Ini menandakan pembangunan ekonomi syariah yang melalui pendekatan ekosistem menyeluruh dan integrasi lintas sektor," lanjut Putu.
Putu menyampaikan sejumlah capaian tersebut menjadi fondasi penting dalam upaya Indonesia menjadi pusat industri halal dunia. Putu meyakini peningkatan sektor halal akan berdampak signifikan bagi perekonomian Indonesia.
"Kita berharap hal ini dapat memberikan nilai tambah, pembukaan lapangan kerja, investasi, ekspor, dan kesejahteraan para pelaku usaha halal di Indonesia," kata Putu.