Jumat 28 Jun 2024 09:00 WIB

Ketika Olimpiade Tanpa Pendingin Udara Dipersoalkan

Beberapa tahun terakhir Prancis mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Logo atau simbol Olimpiade terpasang di menara Eiffel, Paris, Prancis, 13 Juni 2024.
Foto: EPA-EFE/Mohammed Badra
Logo atau simbol Olimpiade terpasang di menara Eiffel, Paris, Prancis, 13 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Penyelenggara Olimpiade Paris ingin menjadikan ajang olahraga internasional yang akan digelar 26 Juli mendatang menjadi Olimpiade paling ramah lingkungan. Salah satunya Desa Atlet atau tempat penginapan atlet yang bertanding di kompetisi itu tidak memiliki air conditioning atau pendingin udara.  

Namun, saat Olimpiade dimulai bulan depan, Desa Olimpiade kemungkinan akan lebih boros energi daripada yang diharapkan penyelenggara karena beberapa tim, termasuk Tim Amerika Serikat (AS), akan menggunakan unit pendingin ruangan portabel. Ini bisa mengganggu rencana penyelenggara untuk menyelenggarakan Olimpiade yang paling 'ramah lingkungan.'

Baca Juga

Dalam upaya menjadi tuan rumah yang mereka sebut sebagai "Olimpiade terhijau yang pernah ada", penyelenggara berjanji mengurangi jejak karbon London 2012 dan Rio 2016 dari rata-rata 3,5 juta ton CO2 menjadi sekitar 1,75 juta ton.  Para pemangku kepentingan Olimpiade memutuskan untuk tidak memasang AC di kompleks tempat ribuan atlet dan ofisial akan tinggal selama musim pertandingan.

Sebagai gantinya, Desa Olimpiade dibangun dengan sistem pendingin panas bumi yang lebih ramah lingkungan. Panitia penyelenggara mengatakan sistem ini akan membuat kamar para atlet setidaknya 10 derajat lebih dingin daripada suhu di luar

"Unit AC memancarkan udara panas yang dapat meningkatkan efek 'pulau panas perkotaan'" kata pendiri salah satu firma arsitektur yang mengerjakan desa tersebut, Koz, Nicolas Ziese seperti dikutip Fast Company, Kamis (27/6/2024).

Lalu bagaimana membuat bangunan tetap dingin bagi penghuninya? Penyelenggara mengatakan banyak hal yang dipertimbangkan dalam perancangan gedung-gedung itu yang kemudian menjadi pemukiman berkelanjutan. Salah satu faktor yang membuat bangunan tetap dingin adalah lokasinya.

Pembangunan dilakukan di sebelah Sungai Seine. Ketika angin berhembus dari sungai, udara dingin akan terhembus melalui gedung-gedung. Sebagian besar ruangan memiliki ventilasi silang.

Bangunan-bangunan itu juga memiliki insulasi tebal untuk membantu tetap sejuk. Atap hijau membantu melindungi bangunan sekaligus berfungsi ganda sebagai habitat burung yang bermigrasi.

Penutup jendela menghalangi sinar matahari di siang hari dan dapat dibuka di malam hari. Balkon yang terus menerus menaungi apartemen di bawahnya. Hutan mini baru dengan 200 pohon juga akan membantu mendinginkan area tersebut.  Selain itu, sistem panas bumi di dalam rumah-rumah akan memompa air dingin melalui pipa-pipa yang dibangun di lantai beton.

Direktur Desa Olimpiade dan Paralimpik Paris 2024 Laurent Michaud mengatakan air dingin tersebut akan mampu mendinginkan bangunan hingga enam sampai 10 derajat Celcius dibandingkan dengan suhu di luar. Dan yang terpenting, sistem ini akan bekerja secara terbalik di musim dingin untuk menghangatkan ruangan.

"(Desa Atlet) Dirancang untuk menghindari kebutuhan akan pendingin ruangan, bahkan dalam suhu yang sangat, sangat tinggi," kata Walikota Paris Anne Hidalgo bulan lalu.

"Kita berada di ambang jurang. Semua orang, termasuk para atlet, harus menyadari hal ini, kita harus mempercayai para ilmuwan ketika mereka membantu kita untuk membangun gedung dengan cara yang bijaksana yang memungkinkan kita untuk bertahan tanpa AC," kata Hidalgo.

Kurangnya pendingin ruangan di Desa Atlet menjadi topik hangat. Banyak orang bertanya-tanya apakah itu bisa merugikan para atlet yang berpartisipasi. Hal ini dikarenakan Olimpiade tahun ini diadakan tepat di waktu terpanas di Paris. Hari terpanas di kota ini yang pernah tercatat sejak lima tahun lalu melebihi suhu 42 derajat Celcius.

Selain itu, beberapa tahun terakhir Prancis mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor dan suhu Paris pada akhir Juli dan Agustus naik di atas 35 derajat Celcius, ketika Olimpiade dan Paralimpiade dijadwalkan berlangsung.

Beberapa penelitian menunjukkan dalam satu abad terakhir suhu tahunan di Paris menghangat lebih dari tiga derajat dan kota itu mengalami rata-rata sembilan hari yang "terik" (didefinisikan sebagai lebih tinggi dari 30 derajat Celcius) per tahun.

Olimpiade 2021 di Tokyo tercatat dalam sejarah sebagai yang terpanas, dengan banyak atlet yang pingsan atau dibawa dengan kursi roda. Dan para peneliti memperingatkan bahwa suhu tahun ini bisa lebih tinggi lagi.

Selain AS, negara-negara lain yang juga mengonfirmasi mereka akan membawa AC adalah Kanada, Inggris, Italia, Jerman, Yunani, Denmark, dan Australia. "Dalam percakapan kami dengan para atlet, hal ini merupakan prioritas yang sangat tinggi dan sesuatu yang menurut para atlet merupakan komponen penting dalam kemampuan performa mereka serta prediktabilitas dan konsistensi dari apa yang biasa mereka lakukan," kata CEO Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS Sarah Hirshland.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement