Jumat 28 Jun 2024 08:20 WIB

Rupiah Sedikit Menguat, Tapi Diprediksi Masih Berkutat di Level Rp 16.400

Pupiah ditutup menguat tipis 7,5 poin atau 0,05 persen menjadi Rp 16.405 per dolar AS

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit penguatan pada perdagangan Kamis (27/6/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit penguatan pada perdagangan Kamis (27/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, BATAM -- Nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS mengalami sedikit penguatan pada perdagangan Kamis (27/6/2024). Kendati demikian, analisis menilai mata uang Garuda masih bergerak di level Rp 16.400 per dolar AS.

Dikutip dari Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 7,50 poin atau 0,05 persen menjadi Rp 16.405 per dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (27/6/2024). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di angka Rp 16.413 per dolar AS.

Baca Juga

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan sejumlah faktor yang memengaruhi rupiah mengalami pergerakan yang fluktuatif. Terutama sentimen dari bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed kaitannya dengan langkah mempertahankan suku bunga.

“Faktor eksternal, arus masuk ke dolar terutama didorong oleh antisipasi data indeks harga PCE, yang akan dirilis pada hari Jumat. Angka tersebut merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, dan diperkirakan akan menjadi faktor dalam sikap bank sentral terhadap suku bunga,” kata Ibrahim dalam keterangannya, dikutip Jumat.

Ibrahim menuturkan, data PCE atau pengeluaran konsumsi pribadi diperkirakan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada Mei, namun tetap berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen.

“Inflasi yang stagnan memberi The Fed lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama,” tuturnya.

Selain itu, komentar hawkish dari pejabat The Fed juga memperkuat ekspektasi akan tingginya suku bunga dalam beberapa sesi terakhir. Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam berinvestasi pada aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), dan membuat para pedagang menjadi lebih bias terhadap dolar dan utang AS.

Ibrahim menuturkan, sebelumnya Gubernur The Fed Michelle Bowman mengatakan, bank sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga stabil untuk beberapa waktu dalam upaya membantu mengendalikan peningkatan inflasi. Dan menambahkan bahwa ia tidak memperkirakan bank sentral akan melakukan hal yang sama, memotong biaya pinjaman pada tahun 2024.

“Bowman yang biasanya dipandang sebagai salah satu tokoh The Fed yang bersuara lebih hawkish, menyatakan bahwa penurunan suku bunga belum pantas dilakukan, dan ia menambahkan bahwa ia tetap bersedia untuk menaikkan suku bunga lebih jauh jika kemajuan dalam upaya mengendalikan inflasi terhenti atau berbalik arah,” terangnya.

Faktor internal dari....

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement