Sabtu 29 Jun 2024 04:46 WIB

Nasib Nahas Tokoh Yahudi yang Hina Alquran

Huyay bin Akhthab adalah seorang tokoh Yahudi pada masa Nabi Muhammad SAW.

Orang Yahudi (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/Filip Singer
Orang Yahudi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huyay bin Akhthab merupakan seorang tokoh kabilah Yahudi yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Seperti kebanyakan rabi yang menelaah Taurat, ia pun mengetahui bahwa akan datang utusan Allah yang merupakan penutup para nabi (khatam al-anbiya) pada akhir zaman. Disaksikannya pula bahwa tanda-tanda kenabian muncul pada diri Muhammad SAW.

Namun, sebagaimana sikap para rabi yang sarat iri dan dengki, Huyay bin Akhtab enggan mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sebabnya "hanya" lantaran Rasulullah SAW tidak berasal dari Bani Israil (Yaqub bin Ishaq AS), melainkan keturunan Ismail AS.

Baca Juga

Dengan sungguh-sungguh, Huyay bin Akhtab menunjukkan kebencian pada Rasulullah SAW. Buku-buku sejarah Islam menggelari tokoh ini sebagai "setan Yahudi" lantaran kedengkiannya yang mendalam pada Nabi SAW.

Huyay pernah mendeklarasikan bahwa dirinya akan membenci sang pembawa risalah Islam itu di sepanjang usianya. "Aku akan memusuhinya selama aku masih hidup," ujar Huyay kepada saudaranya, Abu Yasir, tatkala menerima kabar hijrahnya Nabi SAW ke Madinah (dahulu bernama Yastrib).

Bahkan, Huyay dengan sombongnya mencela Allah SWT dan melecehkan Alquran. Sebagai contoh, suatu ketika ia mendengar kaum Muslimin membacakan surah al-Baqarah ayat 245.

مَنْ ذَا الَّذِيْ يُقْرِضُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضٰعِفَهٗ لَهٗٓ اَضْعَافًا كَثِيْرَةً ۗوَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ - ٢٤٥

(Artinya: "Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.")

Seketika, Huyay mengolok-olok ayat suci itu. Ia lantas berkata, "Bagaimana mungkin Tuhan kita berutang kepada manusia!? Pastilah yang berutang itu miskin, toh biasanya yang miskin berutang kepada si kaya."

Menurut penuturan Qatadah, momen ini menjadi sebab turunnya (asbabun nuzul) Alquran surah Ali Imran ayat ke-181.

لَقَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ فَقِيْرٌ وَّنَحْنُ اَغْنِيَاۤءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوْا وَقَتْلَهُمُ الْاَنْۢبِيَاۤءَ بِغَيْرِ حَقٍّۙ وَّنَقُوْلُ ذُوْقُوْا عَذَابَ الْحَرِيْقِ - ١٨١

(Artinya: "Sungguh, Allah telah mendengar perkataan orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, 'Sesungguhnya Allah itu miskin dan kami kaya.' Kami akan mencatat perkataan mereka dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa hak (alasan yang benar), dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), 'Rasakanlah olehmu azab yang membakar!'")

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement