Ahad 30 Jun 2024 14:30 WIB

Di Gua Hira, Rasulullah Menggigil Dipeluk Jibril

Jamaah haji yang ingin ke Gua Hira harus mempersiapkan fisik yang baik.

Umat muslim berkunjung ke Gua Hira di Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/6/2024). Gua Hira menjadi salah satu tempat bersejarah favorit jamaah haji dan umroh yang datang ke Tanah Suci. Untuk sampai ke Gua Hira, tempat pertama kali wahyu turun kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam melalui Malaikat Jibril, jamaah perlu menaiki sekitar 1.200 anak tangga Jabal Nur. Di Gua Hira, 1.400 tahun silam Nabi Muhammad mengasingkan diri untuk bertafakur. Di gua itu pula, Muhammad untuk pertama kali menerima wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril yang menandakan Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah.
Foto: Karta/Republika
Umat muslim berkunjung ke Gua Hira di Jabal Nur, Makkah, Arab Saudi, Jumat (7/6/2024). Gua Hira menjadi salah satu tempat bersejarah favorit jamaah haji dan umroh yang datang ke Tanah Suci. Untuk sampai ke Gua Hira, tempat pertama kali wahyu turun kepada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam melalui Malaikat Jibril, jamaah perlu menaiki sekitar 1.200 anak tangga Jabal Nur. Di Gua Hira, 1.400 tahun silam Nabi Muhammad mengasingkan diri untuk bertafakur. Di gua itu pula, Muhammad untuk pertama kali menerima wahyu dari Allah melalui Malaikat Jibril yang menandakan Beliau diangkat menjadi Nabi dan Rasulullah.

REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika dari Makkah

Saat sedang bertafakur di dalam Gua Hira yang berada di puncak Jabal Nur, Kota Makkah, Muhammad merasakan ketakutan yang sangat luar biasa ketika Malaikat Jibril datang dengan wujud aslinya. Iqra, kata Malaikat Jibril tanpa basa-basi.

Baca Juga

Saat itu di Gua Hira, Muhammad menggigil "dipeluk" Malaikat Jibril. “Ma ana bi qaari (saya tidak bisa membaca)," jawab Muhammad.

Malaikat Jibril sampai tiga kali memerintahkan "Iqra", tiga kali pula Muhammad menjawab, "Saya tidak bisa membaca."

Sampai akhirnya Muhammad bertanya balik, "Apa yang harus saya baca?"

Malaikat Jibril lalu membacakan Surah Al-Alaq ayat 1-5. Sejak wahyu turun untuk pertama kalinya itu Allah menetapkan Muhammad menjadi nabi dan rasul akhir zaman.

Gua Hira berada di puncak Jabal Nur yang letaknya sekitar enam kilometer ke utara Masjidil Haram. Jabal Nur memiliki ketinggian 640 meter dengan kemiringan jalur pendakian antara 45 sampai 70 derajat. Sementara Gua Hira adalah sebuah lubang kecil yang jaraknya sekitar lima meter dari puncak Jabal Nur.

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah membangun jalan setapak berupa tangga menuju puncak Jabal Nur. Untuk sampai ke Gua Hira di puncak Jabal Nur, pengunjung harus menapaki 1.200 anak tangga dengan perjalanan sekitar satu jam. Namun semua kelelahan akan terbayarkan dengan pengalaman menziarahi tempat di mana Rasulullah mendapatkan wahyu pertama dari Malaikat Jibril. Ketika itu Rasulullah berusia sekitar 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut kalender Qamariyah atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut almanak Syamsiyah.

Ibnu Sa'ad dalam Al-Thabaqat Al-Kubra merawikan, pada 17 Ramadhan atau bersamaan dengan 6 Agustus 610 Masehi, Muhammad menerima wahyu pertama di Gua Hira. Pada malam harinya, turun Surah Al-Alaq ayat 1-5 sehingga umat Islam menyebutnya sebagai malam Nuzulul Quran.

Ketinggian Jabal Nur sekitar 650 meter. Jabal Nur dikelilingi gunung, bukit berbatu dan jurang. Sementara Gua Hira terletak di belakang dua batu raksasa yang sempit dan dalam dengan dengan lubang kecil di bagian ujung kanan yang memungkinkan pandangan ke arah Makkah.

Gua Hira berukuran sekitar panjang tiga meter, lebar satu setengah meter, dan tinggi dua meter. Luasnya hanya cukup untuk shalat dua orang. Di bagian kanan gua terdapat teras batu untuk sholat dalam keadaan duduk.

"Muhammad saat itu pergi ke Gua Hira untuk bertahannuts," kata konsultan ibadah PPIH Daker Madinah, KH Prof Aswadi.

Prof Aswadi berkata Gua Hira adalah tempat ideal bagi Rasulullah bertahannuts karena suasananya yang tenang dan jauh dari keramaian Kota Makkah. Saat itu, kata Prof Aswadi, Muhammad berbincang dengan istrinya, Khadijah binti Khuwailid untuk pergi ke Gua Hira.

"Saat itu Khadijah beberapa kali mengunjungi Gua Hira pada malam hari, menempuh medan yang sulit untuk melihat suaminya membawakan perbekalan," kata Prof Aswadi.

Sekarang Gua Hira menjadi destinasi wisata bagi jamaah umroh dan haji. Bagi umat Islam, Gua Hira memiliki makna yang sangat khusus sehingga kerap dikunjungi mereka yang datang ke Tanah Suci.

Saefullah, jamaah haji asal Jakarta mengaku tidak bisa membayangkan perjuangan Rasulullah untuk pergi ke Gua Hira. Saefullah yang mendaki Jabal Nur pada malam hari itu merasakan sensasi getaran keimanan saat bisa sholat di dalam Gua Hira.

"Alhamdulillah bisa sampai ke Gua Hira, tempat Rasulullah menerima wahyu pertama," kata dia.

Perasaan hampir serupa disampaikan Rohmat. Jamaah asal Depok yang sengaja datang pada dini hari itu mengincar Sholat Subuh di atas Jabal Nur.

Perjalanan satu jam dari kaki gunung tidak membuat Rohmat kehilangan semangat untuk sampai ke Jabal Nur. "Alhamdulillah semua terbayarkan. Bayangkan bagaimana Rasulullah membawa air dari bawah untuk perbekalan," ujar Rahmat yang berkesempatan sholat syuruk di dalam Gua Hira.

Bagi jamaah umrah dan haji yang ingin berziarah ke Gua Hira sebaiknya mempersiapkan fisik yang prima. Sebab, untuk sampai ke puncak Jabal Nur dan ke Gua Hira perlu perjuangan yang lumayan besar. Jika memang tidak memungkinkan, sebaiknya jangan dipaksakan mengingat mengunjungi Gua Hira tidak ada dalam syariat umrah dan haji. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement