Senin 01 Jul 2024 09:08 WIB

Benarkah NI Meninggal Akibat Dianiaya? Ini Klarifikasi Pesantren Al-Aziziyah

Pada 12 Juni 2024 itu santriwati NI terdengar mengeluhkan benjolan nanah dihidungnya.

Sejumlah santri mengikuti Tahfidzul Quran (hafalan Al Quran) di Masjid Al-Kautsar Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Lombok Barat, NTB, Ahad (17/3/2024). Tahfidzul Quran tersebut merupakan program wajib bagi santri dan menjadi ciri khas pada momentum Ramadhan dengan menggelarnya secara berjamaah menjelang berbuka puasa di 12 asrama santri yang ada di Pondok Pesantren tersebut.
Foto: ANTARA FOTO/Dhimas Budi Pratama
Sejumlah santri mengikuti Tahfidzul Quran (hafalan Al Quran) di Masjid Al-Kautsar Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Lombok Barat, NTB, Ahad (17/3/2024). Tahfidzul Quran tersebut merupakan program wajib bagi santri dan menjadi ciri khas pada momentum Ramadhan dengan menggelarnya secara berjamaah menjelang berbuka puasa di 12 asrama santri yang ada di Pondok Pesantren tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM — Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Aziziyah, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat mengaku tidak menemukan adanya bukti penganiayaan santriwati berinisial NI (13) asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang meninggal dunia pada Sabtu (29/6/2024) lalu.

"Jadi, dari hasil cek kami di pondok, semua ustazah, santriwati teman NI ini sekamar, bibi dapur tempat dia sering cerita, CCTV yang ada di sini juga sudah kami periksa semua, tidak ada bukti yang mengarah pada dugaan penganiayaan, itu makanya kami heran," kata Herman Sorenggana, kuasa hukum Ponpes Al-Aziziyah di Lombok Barat, Kamis.

Baca Juga

Apabila ada keributan atau perkelahian sesama santri maupun dengan tenaga pengajar dan pengasuh asrama, jelas dia, pihak ponpes pasti mengetahui hal tersebut."Jadi, memang bukti adanya dugaan penganiayaan itu tidak ada, kalau pun ada, pihak pondok pasti mengetahuinya," ujar dia.

Dia turut menceritakan bahwa pihak ponpes sudah menelusuri aktivitas santriwati NI sebelum akhirnya menjalani perawatan medis di RSUD dr. Raden Soedjono di Kabupaten Lombok Timur."Kami telusuri aktivitasnya dari tanggal 12 sampai 14 Juni 2024," ucapnya.

Herman mengatakan pada 12 Juni 2024 itu santriwati NI terdengar mengeluhkan benjolan nanah seperti jerawat pada bagian hidung. Rekan NI sempat menyarankan untuk berobat ke klinik."Tetapi, saran itu tidak dihiraukan, malah santriwati kami ini dilihat temannya menusuk benjolan itu dengan jarum pentul," ujar dia.

Kemudian, esok harinya, pada Kamis (13/6) sore, santriwati NI mengeluh sakit demam dan benjolan nanah pada hidungnya tersebut sudah nampak pecah dan berlubang."Dokter kami waktu itu langsung cek, santriwati NI dibawa ke klinik kami, dikasih obat sesuai keluhan sakit. Keluhannya itu demam dan bengkak di bawah mata," kata Herman.

Karena kondisinya tidak kunjung membaik, kata dia, pihak ponpes kemudian menghubungi orang tua NI yang berdomisili di NTT."Jadi, setelah hubungi keluarganya beri tahu kondisi kesehatan NI, pamannya atau wali dari santriwati kami ini menjemputnya, Jumat sore (14/6)," ujarnya.

Dari pantauan CCTV pada Jumat (14/6), Herman memastikan bahwa santriwati NI nampak masih bisa berjalan menuju kendaraan jemputan."Itu makanya, kami kaget setelah melihat kondisi NI di rumah sakit, itu berbeda dengan kondisinya saat meninggalkan pondok. Itu berjarak lima hari dari penjemputan," ucap dia.

Dengan menceritakan hasil penelusuran demikian, Herman mengatakan pihak ponpes juga ingin mengetahui apa penyebab gangguan kesehatan santriwati NI yang meninggal dunia."Itu makanya kami juga ingin tahu apa sebabnya itu, kami masih tunggu hasil diagnosa pihak rumah sakit," kata Herman.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement