REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Banyak rumah sakit, pusat layanan medis, dan stasiun oksigen di Jalur Gaza kemungkinan harus tutup dalam 48 jam akibat ketiadaan bahan bakar untuk mengoperasikan generator, kata kementerian kesehatan di wilayah kantong tersebut, Ahad (30/6/2024).
“Kementerian Kesehatan kembali memperingatkan bahwa rumah sakit, pusat medis,dan stasiun oksigen yang masih tersisa akan berhenti beroperasi dalam waktu 48 jam akibat krisis bahan bakar,” kata kementerian melalui Telegram.
Para pejabat juga meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa serta organisasi kemanusiaan untuk segera melakukan intervensi guna memasok bahan bakar dan generator.
Pada 7 Oktober 2023, kelompok perjuangan Palestina Hamas melancarkan serangan roket besar-besaran ke Israel, menerobos perbatasan, serta menyerang lingkungan sipil dan pangkalan militer Israel.
Hampir 1.200 orang di Israel tewas dan sekitar 240 orang lainnya diculik selama serangan berlangsung.
Israel lantas melakukan serangan balasan, memerintahkan pengepungan total terhadap Gaza dan mulai melancarkan serangan darat untuk melenyapkan para petempur Hamas serta menyelamatkan para sandera.
Sebanyak 120 sandera diyakini masih ditahan kelompok Hamas di Gaza, dan 43 sandera di antaranya meninggal.
Sejauh ini, lebih dari 37.800 warga Palestina syahid dan sedikitnya 86.900 orang terluka selama operasi militer Israel, menurut otoritas setempat.
Di sisi lain, Sektor Rehabilitasi Jaringan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Palestina memperkirakan, sekitar 10.000 orang menderita berbagai macam disabilitas menyusul kampanye genosida Israel yang masih saja berlangsung di Jalur Gaza.
Menurut pernyataan yang dirilis pada Sabtu (29/6/2024), ratusan penyandang disabilitas terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka akibat serangan yang gencar dilakukan pasukan Israel. Krisis di Gaza memaksa puluhan ribu penyandang disabilitas mengungsi. Mereka pun terjebak di dalam sulitnya pengungsi pengungsian beserta trauma psikologis yang parah.
Pernyataan tersebut menekankan bahwa aksi Israel, termasuk penghancuran infrastruktur, jalan utama, dan pusat rehabilitasi, sangat membatasi mobilitas dan akses layanan bagi penyandang disabilitas.