REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menjamin bahwa semua makhluk-Nya akan mengalami maut. "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian, hanya kepada Kami kamu dikembalikan" (QS al-Ankabut: 57).
Acap kali, kasus kematian mendadak terjadi. Ada yang meninggal dunia secara tiba-tiba saat sedang berolahraga. Ada pula yang menghembuskan nafas terakhir saat sedang tidur lelap. Bahkan, ada yang wafat ketika sedang beribadah.
Berbagai pendapat muncul terkait kematian jenis ini. Benarkah ia termasuk tanda-tanda kematian yang buruk atau su'ul khatimah? Atau, mungkinkah itu mengindikasikan hal yang sebaliknya?
Seorang ulama Mesir, Syekh Ali Jumah, mengatakan, kematian mendadak tidak berarti akhir yang buruk. Ada beberapa kasus orang yang dikenal selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, yakni dengan cara rajin beribadah dan berdoa, kemudian meninggal dalam keadaan tiba-tiba. Jadi, kematian jenis ini bukanlah tanda su'ul khatimah.
Menurut mantan mufti agung Mesir itu, melalui kematian mendadak, Allah SWT memperingatkan mereka yang hidup untuk selalu mengingat-Nya. Ini bukan sarana azab Tuhan. Bukan pula menjadi pertanda su'ul khatimah.
Syekh Ali menyebut, manusia diingatkan melalui kasus kematian mendadak bahwa maut bisa datang kapan saja. Ajal akan menghampiri siapapun dalam keadaan dan waktu apa pun jika Tuhan sudah menakdirkan, ketika itulah batas usia seorang insan. Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ كِتَٰبًا مُّؤَجَّلًا ۗ وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلدُّنْيَا نُؤْتِهِۦ مِنْهَا وَمَن يُرِدْ ثَوَابَ ٱلْءَاخِرَةِ نُؤْتِهِۦ مِنْهَا ۚ وَسَنَجْزِى ٱلشَّٰكِرِينَ
Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS Ali Imran 145)
Maka orang yang bertakwa dan selalu berzikir dalam hatinya pun mungkin saja mengalami kematian secara tiba-tiba. Walaupun ia tidak sempat dituntun untuk mengucapkan syahadat (talqin), itu tidak berarti dirinya mengalami su'ul khatimah. Sebab, bisa jadi orang tersebut telah menyebut nama Allah SWT dalam hatinya. Bahkan, dzikrullah dalam hati lebih utama daripada sekadar diucapkan di lisan.