REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (LHKI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Imam Addaruqutni menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditelusuri Republika bahwa Indonesia masih impor produk dari Israel pada periode Januari - April 2024 senilai puluhan juta Dolar AS. Bahkan BPS mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis Israel sebesar hampir 340 persen pada Januari-April 2024 dibanding tahun lalu pada bulan yang sama.
Imam mengatakan, sensitifitas publik Indonesia dan dunia terhadap kekerasan dan perilaku melewati batas kemanusiaan Israel ini, seharusnya juga diimbangi oleh pemerintah Indonesia. Sehingga hal-hal yang bersifat kebutuhan konsumtif, yang alternatifnya masih banyak, seharusnya bisa diambil dari tempat lain selain Israel kalau memang terpaksa impor.
"Tapi kalau yang bersifat agraris, sebenarnya Indonesia itu negara agraris kalau bisa masyarakat petani kita itu diberdayakan ke arah itu sehingga akan terjadi kemandirian," kata Imam kepada Republika, Senin (1/7/2024).
Menurut Imam, semangat dari presiden terpilih ini sudah sangat jelas. Maka sekarang pihak-pihak atau otoritas pemerintah bisa memikir ulang atau menimbang-nimbang, bagaimana supaya rasa solidaritas yang tinggi bagi Palestina dari bangsa Indonesia direspon dengan mencari alternatif impor selain Israel. Sebagaimana diketahui juga semakin banyaknya warga dunia yang punya rasa solidaritas terhadap Palestina.
Ia menegaskan, kalau kebutuhan impor itu harus dipenuhi, kalau bisa cari alternatif selain Israel. Indonesia sebagai negara merdeka dan anggota PBB memiliki banyak mitra. Justru, Indonesia dengan dengan Israel sampai saat ini tidak ada hubungan diplomatik.
"Jadi kalau itu (ada impor dari Israel) pasti lewat calo yang begitu kalau tidak langsung pastilah lewat calo, dan itu akan menambah beban harga bagi masyarakat," ujar Imam.
Imam menegaskan, maka yang lebih penting mengimbangi pernyataan solidaritas bangsa Indonesia terhadap Palestina. Impor dari Isral bisa dihindari dengan mengambil dari negara lain kalau memang harus impor.
"Tapi kalau (yang diimpor) itu (produk) agraris, sebaiknya terus ditumbuhkan kekuatan atau daya tahan sumber pangan internal domestik (dalam negeri Indonesia supaya tidak impor)," kata Imam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang ditelusuri Republika, urutan pertama produk impor Israel ke Indonesia pada periode Januari-April 2024 adalah alat permesinan dan mekanik (HS 84). Nilai impornya mencapai 24,52 juta Dolar AS. Angka ini melonjak drastis dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 1,87 juta Dolar AS.
Tiga produk lain yang diimpor dari Israel dengan nilai terbesar adalah mesin dan peralatan elektronik (HS 85) senilai 1,24 juta Dolar AS (naik dari 942 ribu Dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Perkakas dari logam tak mulia (HS 82) senilai 1,22 juta Dolar AS (turun dari 1,78 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Terakhir amunisi, senjata dan yang terkait dengannya (HS 93) senilai 8.047 dolar AS.
BPS mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis Israel pada tahun ini. Jika periode Januari-April tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terlihat ada peningkatan hampir 340 persen.