REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Presiden Mesir Abdel Fattah El Sisi pada Ahad (30/6/2024) mengatakan kawasan Timur Tengah sedang mengalami perubahan serius di tengah serangan mematikan oleh Israel di Jalur Gaza.
"Wilayah ini tengah melalui perubahan serius baru-baru ini, di tengah perang intens Israel di Jalur Gaza dan upaya untuk memberlakukan pemindahan paksa ke wilayah Mesir," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi untuk menandai resolusi 30 Juni 2013.
Resolusi tersebut menggulingkan mantan presiden Mohamed Morsi. "Dalam perang tersebut, hati nurani kemanusiaan tidak ada, dan masyarakat internasional hanya diam saja, memalingkan muka dari puluhan ribu korban tak berdosa," tambahnya.
Lebih dari 37.800 warga Palestina syahid dan hampir 87 ribu lainnya luka-luka dalam serangan mematikan Israel di Gaza sejak 7 Oktober lalu setelah serangan Hamas.
Lebih dari delapan bulan setelah serangan Israel tersebut, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap akses makanan, air bersih dan obat-obatan. Sisi mengatakan prioritas utama pemerintah baru Mesir adalah meringankan penderitaan akibat kenaikan harga dan menciptakan lebih banyak kesempatan kerja.
"Saya sampaikan kepada seluruh warga Mesir yang telah bertahan dalam kerasnya hidup dan kenaikan harga selama beberapa waktu terakhir demi memberikan kehidupan yang baik bagi anak-anak mereka. Saya sepenuhnya memahami besarnya penderitaan ini," kata dia.
"Saya yakinkan Anda perhatian utama saya dan prioritas tertinggi pemerintahan baru adalah meringankan penderitaan itu, menciptakan lebih banyak peluang pekerjaan, dan membangun masa depan yang lebih baik bagi semua," kata Sisi.
Mesir telah bergulat dengan krisis mata uang asing, melonjaknya harga komoditas dan gangguan pada rantai pasokan internasional yang meningkatkan biaya hidup.