Senin 01 Jul 2024 19:30 WIB

Al Washliyah Menyarankan Indonesia Stop Impor dari Israel

Urutan pertama produk impor Israel ke Indonesia adalah permesinan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis.
Foto: Dok Republika
Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Besar Al Washliyah, KH Masyhuril Khamis menanggapi data Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditelusuri Republika bahwa Indonesia masih impor produk dari Israel pada periode Januari - April 2024 senilai puluhan juta Dolar AS.

Kiai Masyhuril mengatakan, perjuangan rakyat Palestina secara umum sudah didukung semua negara termasuk lndonesia. Jadi sesungguhnya sikap dukungan terhadap Palestina itu sangat diapresiasi.

Baca Juga

"Soal impor barang dari lsrael yang masih berlangsung, seharusnya pemerintah (Indonesia) harus menunjukkan sikap keberpihakannya, sehingga mengikuti sikap yang sudah diikrarkan mendukung kemerdekaan Palestina," kata Kiai Masyhuril kepada Republika, Senin (1/7/2024).

Kiai Masyhuril menyarankan, pemerintah Indonesia harus bersikap tegas, misalnya stop impor atau sebaiknya mencari negara lainnya yang menggantikan posisi lsrael tersebut. Maka dengan begitu ucapan Indonesia mendukung Palestina sesuai dengan perbuatannya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang ditelusuri Republika, urutan pertama produk impor Israel ke Indonesia pada periode Januari-April 2024 adalah alat permesinan dan mekanik (HS 84). Nilai impornya mencapai 24,52 juta Dolar AS. Angka ini melonjak drastis dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 1,87 juta Dolar AS.

Tiga produk lain yang diimpor dari Israel dengan nilai terbesar adalah mesin dan peralatan elektronik (HS 85) senilai 1,24 juta Dolar AS (naik dari 942 ribu Dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Perkakas dari logam tak mulia (HS 82) senilai 1,22 juta Dolar AS (turun dari 1,78 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Terakhir amunisi, senjata dan yang terkait dengannya (HS 93) senilai 8.047 dolar AS.

BPS mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis Israel pada tahun ini. Jika periode Januari-April tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terlihat ada peningkatan hampir 340 persen.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, impor-ekspor Indonesia-Israel adalah sebuah pengkhianatan terhadap amanat pembukaan UUD 1945, dan terhadap cita-cita membela kemanusiaan yang adil dan beradab.

Prof Sudarnoto menegaskan, semua itu akan menyakiti dan mengecewakan rakyat serta bangsa Palestina karena mereka telah dinista, dibunuh dan dihancurkan oleh Israel dengan biaya yang antara lain diperoleh dari keuntungan impor-ekspor.

"Tindakan ini (impor-ekspor Indonesia-Israel) juga berseberangan dengan Fatwa MUI tentang keharaman produk Israel dan produk lain yang terafiliasi dengan Israel," ujar Prof Sudarnoto.

Prof Sudarnoto menegaskan, seharusnya pemerintah tegas membela pembukaan UUD 1945 dan hentikan ekspor-impor dengan Israel. Harusnya Indonesia malu dengan sejumlah negara lain yang juga telah dengan tegas menolak produk Israel.

"Sekali lagi dengan hormat, saya minta perhatian pemerintah agar segera hentikan hubungan dengan Israel, termasuk ekspor-impor ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement