Selasa 02 Jul 2024 07:01 WIB

Jadi Sorotan, Penanganan Pebulutangkis Cina Dikatakan Sesuai SOP 

Pemilihan RSPAU Hardjolukito sudah sesuai dengan rekomendasi Badminton Asia.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ucapan duka cita dari PBSI atas meninggalnya Zhang Zhi Jie.
Foto: dok PBSI
Ucapan duka cita dari PBSI atas meninggalnya Zhang Zhi Jie.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Penanganan medis pebulutangkis Cina, Zhang Zhi Jie yang pingsan saat mengikuti laga BNI Badminton Asia Junior Championships (BAJC) 2024 di GOR Amongrogo, Kota Yogyakarta, hingga akhirnya meninggal dunia menjadi sorotan dan menuai kritik. Zhang meninggal dunia setelah sempat dibawa ke rumah sakit RSPAU Dr. S. Hardjolukito, dan ditransfer ke RSUP Dr. Sardjito.   

Humas dan Media Panitia Pelaksana BNI Asia Junior Championships, Broto Happy mengatakan, penanganan Zhang di arena pertandingan oleh tim medis dilakukan setelah referee (wasit turnamen) mengizinkan. Hal ini sudah dilakukan sesuai standar operating procedure (SOP). 

Namun, ada sedikit jeda waktu masuknya tim medis untuk melakukan penanganan pertama terhadap Zhang karena harus menunggu referee mengizinkan. Tim medis, lanjutnya, masuk ke arena untuk melakukan pemeriksaan survei awal dan pertolongan sesuai prosedur setelah ada izin dari referee. 

"Tim medis dan dokter turnamen segera masuk untuk memberikan pertolongan pertama setelah call dari referee. Ini merupakan aturan sesuai SOP dan guidelines yang berlaku di setiap turnamen bulutangkis internasional dari BWF dan Badminton Asia," kata Broto di KONI DIY, Kota Yogyakarta, Senin (1/7/2024). 

Ia menjelaskan, setelah diberikan pertolongan pertama, dokter turnamen memutuskan untuk melarikan Zhang ke rumah sakit rujukan yakni RSPAU Dr. S. Hardjolukito. Lokasi pertandingan dengan rumah sakit pun berjarak 4,7 kilometer dengan durasi tempuh 10 menit. 

"Hanya memerlukan waktu satu menit 20 detik pada saat dokter pertama kali masuk lapangan hingga memutuskan untuk segera dibawa ke ambulans," jelasnya. 

Dikatakan Broto, pemilihan RSPAU Dr. S. Hardjolukito sebagai rumah sakit rujukan juga sudah sesuai dengan rekomendasi Badminton Asia terkait jarak dan fasilitas yang tersedia. Bahkan, hal ini juga sudah dicantumkan dalam prospektus dan disetujui oleh referee. 

Di UGD RSPAU Dr. S. Hardjolukito, Zhang dilakukan asesmen dan ditemukan tidak ada nadi dan tidak ada nafas spontan, sehingga dilakukan prosedur pertolongan media pijat jantung luar. Prosedur ini disertai dengan alat bantu nafas selama tiga jam. 

"Korban tidak menunjukkan respons sirkulasi spontan dan mulai timbul tanda kematian sekunder," ucap Broto. 

Atas penanganan tersebut, tim medis menyatakan korban meninggal dunia pukul 20.50 WIB kepada pihak ofisial tim Cina. Dari kondisi tersebut, katanya, ofisial tim Cina meminta Zhang ditransfer ke RSUP Dr. Sardjito untuk kemungkinan dilakukannya tata laksana lebih lanjut. 

"Korban tiba di Sardjito dalam kondisi tidak ada nafas, tidak ada nadi disertai dengan tanda kematian sekunder," jelasnya. 

Meski begitu, dari tim dokter Sardjito tetap melakukan tindakan resusitasi jantung paru selama 1,5 jam. Namun, tetap tidak ada respon sirkulasi spontan, sehingga tidak dilakukan tata laksana lebih lanjut oleh tim dokter. 

"Setelah dilakukan penjelasan kepada ofisial tim Cina, maka tindakan pijat jantung luar dihentikan pukul 23.20 WIB. Dengan demikian, kesimpulan pemeriksaan dan penanganan korban baik di RSPAU Dr. S. Hardjolukito maupun RSUP Dr. Sardjito menunjukkan hasil yang sama yaitu korban mengalami henti jantung mendadak," katanya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement