Rabu 03 Jul 2024 19:22 WIB
Red: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tragedi desak-desakan kembali terjadi di India, Selasa (2/7), yang menewaskan setidaknya 121 orang dan puluhan lainnya luka. Insiden tersebut terjadi di sebuah acara keagamaan 'satsang' di sebuah desa di Hathras, Uttar Pradesh, sekitar 200 kilometer dari ibu kota New Delhi.
Satsang tersebut menghadirkan pemuka Hindu bernama Surajpal alias 'Bhole Baba', dengan izin kerumunan sekitar 80.000 massa. Namun, massa yang datang ternyata mencapai 250.000 jiwa, menurut catatan kepolisian. Pihak berwenang menduga insiden terjadi akibat massa yang mengejar dan membuntuti sang pemuka, dan berusaha mengambil tanah bekas langkah kaki Surajpal.
Meski demikian, pihak lainnya juga menduga kepanikan massa akibat cuaca panas dan badai pasir. Di samping investigasi yang berjalan, Perdana Menteri Narendra Modi menyampaikan belasungkawa dan mengumumkan santunan bagi korban tewas dan luka. Kritik juga dilontarkan pada pemerintah federal dan negara bagian, yang dianggap membiarkan jatuhnya korban jika tak segera mengambil langkah serius terkait protokol keamanan.
"Lihat yang terjadi dan berapa banyak yang meregang nyawa. Apakah bakal ada yang bertanggung jawab?" tanya Rajesh Kumar Jha, seorang anggota parlemen India.
Insiden ini menambah panjang deretan tragedi acara keagamaan di India akibat buruknya penanganan kerumunan dan keamanan. Pada 2008 silam, 224 orang tewas dan 400 lainnya luka akibat 'stampede' atau desak-desakan di sebuah kuil di Jodhpur. Insiden mematikan lainnya juga terjadi pada 2011, 2013, dan 2022.