REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya, terdapat sebuah hadis Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW pada suatu kali menuturkan kisah di hadapan para sahabat.
"Ada seseorang (dari zaman silam) yang tidak pernah melakukan suatu kebajikan pun (semasa hidupnya) berpesan kepada keluarganya. Apabila dia sudah meninggal dunia, maka bakarlah (jasad) dia. Lantas, taburkanlah separuh darinya (abu jasad) di atas tanah, sedangkan separuhnya (lagi) di atas lautan," kata Rasulullah SAW membuka kisahnya.
Mengapa laki-laki itu berwasiat demikian? Ternyata, rasa takutnya akan azab Allah SWT begitu mencekam dirinya yang di ambang ajal.
"Karena demi Allah, jika Allah menangkapnya, pasti (Allah) akan menyiksanya dengan siksa yang tidak Dia timpakan kepada siapapun (selain diri ini)," demikian kata-kata si laki-laki tadi.
Maka ketika akhirnya pria itu wafat, seluruh anggota keluarganya melaksanakan amanat tersebut. Jasad orang itu dibakar, untuk kemudian abunya dipilah dua dan disebar di dua tempat berbeda.
Allah SWT kemudian memerintahkan daratan dan lautan. Maka berkumpullah semua abu jasad laki-laki tadi.
Allah Ta'ala lalu memanggil pria itu, "Mengapa kamu melakukan hal itu?"
"Karena aku takut kepada-Mu, ya Tuhanku dan Engkau sungguh Mahamengetahui," jawab insan ini.
Allah lantas mengampuni dosa-dosanya karena rasa takut hamba-Nya ini kepada Sang Pencipta. Dengan begitu, kekhilafannya yang mengira jasadnya tidak akan mungkin terkumpul lagi menjadi satu juga diampuni Allah SWT.
Menurut Umar Sulaiman al-Asyqar dalam bukunya, Shahihul Qashash an-Nabawy, kisah tersebut mengandung hikmah yang sangat besar. Takut kepada Allah merupakan salah satu maqam (level) tertinggi kesalehan seorang yang beriman. Dalam cerita tadi, Allah mengampuni dosa-dosa pria tersebut karena di dalam hatinya bersemayam rasa takut dan tunduk yang teramat sangat kepada Tuhannya.
Maka dari itu, jangan sampai lisan ini gegabah dan terlalu cepat menghakimi orang lain. Bisa jadi orang yang gemar berbuat dosa sepanjang hayatnya justru mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah SWT karena demikianlah Dia menghendaki. Apalagi, keislaman dan keimanan letaknya di hati. Tidak ada satu pun orang yang bisa memastikan "warna" hati orang lain.
Karenanya, hendaknya sering-sering berdoa, semoga Allah memantapkan hati ini dalam iman dan Islam, serta biasakan hati untuk selalu takut kepada Allah Ta'ala. Semoga.