REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Ahmad Fahrur Rozi yang akrab disapa Gus Fahrur menanggapi Indonesia yang masih impor dari Israel pada Januari-April 2024. Sebagaimana diketahui, impor tersebut senilai puluhan juta Dolar AS dan meningkat jumlahnya di awal tahun 2024.
"Ya, kita berharap gerakan moral melawan penjajahan Israel dapat terus menerus dilakukan untuk memaksimalkan upaya dukungan terhadap kemerdekaan Palestina," kata Gus Fahrur kepada Republika, Kamis (4/7/2024).
Gus Fahrur mengatakan, jika masih ada produk lainnya, sebaiknya tidak membeli produk perusahaan Israel. Tekanan dalam bentuk ekonomi kepada Israel akan berlangsung efektif jika dilakukan secara bersama oleh seluruh masyarakat dunia. Sampai Israel menghentikan kekerasan dan penindasan terhadap bangsa Palestina.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (Ipemi), Ingrid Kansil juga meminta boikot produk Israel terus dilakukan.
"Pendapat saya sebagai Ketua Umum Ipemi, boikot dunia terhadap produk Israel dibutuhkan sebagai upaya mendukung Palestina merdeka, termasuk Indonesia," kata Ingrid kepada Republika, Kamis (4/7/2024)
Ingrid mengatakan, sebagai saudara seagama seharusnya Muslim memberi bantuan untuk menjaga hubungan persaudaraan dengan Palestina. Sekaligus bekerja sama menghapuskan penjajahan di dunia dengan tidak mengkonsumsi produk yang diyakini berafiliasi dengan Israel dan membantu persenjataan Israel.
"Selagi kita mampu untuk memberikan bantuan sekecil apapun akan berdampak bagi yang menerimanya, cintailah produk dalam negeri untuk membangun perekonomian bangsa yang lebih baik dengan tidak mengimpor produk dari Israel," ujar Ingrid.
Ingrid mengatakan, Indonesia berpeluang untuk menciptakan produk lokal baru untuk menggantikan produk Israel. Data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) RI terus meningkat. Hal ini menjadi peluang untuk terbukanya lapangan pekerjaan yang luas, sehingga masyarakat yang di-PHK oleh perusahaan produk Israel bisa mencari pekerjaan pada perusahaan-perusahaan lokal agar meningkatkan nilai produksi produk lokal dibanding produk impor.
"Ipemi juga berkomitmen untuk tidak menggunakan produk israel, keputusan ini tidak hanya mencerminkan kepedulian terhadap nasib saudara seiman di Palestina, tetapi juga menggarisbawahi pentingnya solidaritas umat Islam dalam memperjuangkan hak-hak manusia dan keadilan global," ujar Ingrid.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang ditelusuri Republika, urutan pertama produk impor Israel ke Indonesia pada periode Januari-April 2024 adalah alat permesinan dan mekanik (HS 84). Nilai impornya mencapai 24,52 juta Dolar AS. Angka ini melonjak drastis dari periode yang sama tahun lalu, yaitu 1,87 juta Dolar AS.
Tiga produk lain yang diimpor dari Israel dengan nilai terbesar adalah mesin dan peralatan elektronik (HS 85) senilai 1,24 juta Dolar AS (naik dari 942 ribu Dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Perkakas dari logam tak mulia (HS 82) senilai 1,22 juta Dolar AS (turun dari 1,78 juta dolar AS pada periode yang sama tahun lalu). Terakhir amunisi, senjata dan yang terkait dengannya (HS 93) senilai 8.047 dolar AS.
BPS mencatatkan ada lonjakan tajam impor dari negara Zionis Israel pada tahun ini. Jika periode Januari-April tahun 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, terlihat ada peningkatan hampir 340 persen.