REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei Indikator Politik Indonesia dalam dua jenis simulasi menempatkan Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Alfiansyah alias Komeng menjadi tiga nama yang unggul dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat 2024.
Dua jenis simulasi tersebut adalah simulasi top of mind dan simulasi semi terbuka. Dalam kedua jenis simulasi itu, nama Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Komeng sama-sama menempati urutan pertama, kedua, dan ketiga.
“Kurang lebih sama dengan pola di top of mind, tadi kan nomor satu Ridwan Kamil, kami juga menemukan hal yang sama dalam simulasi terbuka, peringkat kedua Dedi Mulyadi,” ucap Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Pada simulasi top of mind, Ridwan Kamil bertengger pada peringkat pertama dengan angka 16 persen, disusul Dedi Mulyadi pada posisi kedua dengan 11,2 persen dan Komeng di tempat ketiga dengan 0,8 persen.
Simulasi top of mind merupakan simulasi tanpa memberikan pilihan jawaban kepada responden. Artinya, responden bebas menjawab secara spontan nama yang mereka anggap cocok memimpin Jawa Barat.
“Tetapi, tentu saja simulasi top of mind ini punya keterbatasan karena biasanya warga yang disodori simulasi top of mind itu banyak yang tidak bisa menjawab secara spontan, sehingga undecided voter (pemilih yang belum menentukan pilihan) cenderung besar,” kata Burhanuddin.
Sementara itu, dalam simulasi semi terbuka menempatkan nama Ridwan Kamil masih unggul dengan angka 36,8 persen. Adapun, Dedi Mulyadi juga masih bertengger di posisi kedua dengan 31,9 persen, disusul Komeng dengan 5,6 persen.
Pada simulasi terbuka ini, Indikator memberikan daftar nama yang dianggap memiliki potensi maju dalam pilkada Jawa Barat serta dibicarakan di tingkat elite ataupun di tingkat massa.
Pada simulasi semi terbuka, Komeng bahkan mengungguli sejumlah nama lain, seperti Dede Yusuf (tiga persen), Ahmad Syaikhu (2,8 persen), Atalia Praratya (1,4 persen), Bima Arya Sugiarto (1,4 persen), dan Ono Surono (1,1 persen).
“(Nama-nama) itu per hari ini masih di bawah Komeng secara absolut, meskipun secara statistik tidak terlalu berbeda signifikan,” ucap Burhanuddin.