Jumat 05 Jul 2024 11:20 WIB

Surah Alquran ini Deskripsikan Kengerian Hari Kiamat

Hari kiamat penuh dengan kengerian.

Menanti Kiamat Datang
Foto: Rendra Purnama/Republika
Menanti Kiamat Datang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidup semewah dan senikmat apapun di dunia ini, pada akhirnya akan berujung kepada kematian. Kemudian setelah mati, semua manusia, dari mulai zaman Nabi Adam hingga yang terakhir, akan dibangkitkan kembali untuk pertanggungjawaban pada hari kiamat.

Allah mendeskripsikan hari kiamat dalam Surah al-Qariah, surah pendek yang terdapat di bagian akhir Juz 30.

Baca Juga

BACA JUGA: Inilah 12 Kaum yang Dibinasakan Allah

ٱلْقَارِعَةُ

al-qāri’ah

1. Hari Kiamat,

 

مَا ٱلْقَارِعَةُ

mal-qāri’ah

2. apakah hari Kiamat itu?

وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا ٱلْقَارِعَةُ

wa mā adrāka mal-qāri’ah

3. Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu?

Tiga ayat pertama ini menjelaskan bagaimana Allah bertanya kepada manusia apa yang mereka ketahui tentang hari akhir tersebut. Ayat ini juga menjadi penyentak perhatian, bahwa di tengah berbagai kesibukan yang dilakukan banyak orang, mereka harus tahu apa itu kiamat.

Kemudian Allah melanjutkan penjelasan mengenai kiamat dalam ayat selanjutnya.

يَوْمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلْفَرَاشِ ٱلْمَبْثُوثِ

yauma yakụnun-nāsu kal-farāsyil-mabṡụṡ

4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran

Maksudnya adalah pada hari kiamat nanti, semua manusia yang sudah mati, meskipun sudah ribuan tahun lalu dikubur, akan dibangkitkan. Saat dibangkitkan, mereka dipenuhi rasa cemas, akan mendapatkan hukuman apa, atau sebaliknya akan mendapatkan ganjaran kebaikan dari Allah. apakah mereka akan masuk surga, atau sebaliknya akan diceburkan ke dalam neraka penuh siksa.

Selain itu, apalagi yang membuat mereka khawatir? Ternyata terkait dengan gambaran ayat berikutnya.

وَتَكُونُ ٱلْجِبَالُ كَٱلْعِهْنِ ٱلْمَنفُوشِ

wa takụnul-jibālu kal-‘ihnil-manfụsy

5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.

Bisa dibayangkan bagaimana gunung dan bukit yang sungguh besar dan kokoh, tercerai berai, beterbangan dan mudah sekali beterbangan seperti kapas terembus angin. Sungguh ini pemandangan tidak umum dan penuh kengerian.

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ

fa ammā man ṡaqulat mawāzīnuh

6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,

فَهُوَ فِى عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ

fa huwa fī ‘īsyatir rāḍiyah

7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.

Ayat enam dan tujuh menjelaskan bagaimana mereka, yaitu golongan pertama, orang-orang yang amal kebaikannya berlimpah alias berat ketika ditimbang. Sungguh mereka ditempatkan dalam kehidupn selanjutnya yang penuh keridhaan Allah, alias di surga yang penuh kenikmatan.

Bisa jadi, mereka adalah orang-orang yang ketika di dunia hidup penuh dengan keterbatasan, bahkan dikategorikan dhuafa, tapi karena berbuat kebaikan dengan segala apa yang ada, dia akhirnya menjadi orang yang punya bekal amal kebajikan yang berlimpah.

Tapi bukan tidak mungkin yang termasuk dalam golongan pertama ini adalah mereka yang memiliki banyak harta. Kemudian ‘ringan tangan’ untuk bersedekah. bahkan sebagian besar hartanya memang disedekahkan dan diwakafkan.

Kemudian ditambah dengan bertutur kata yang baik, berbuat kebaikan, hingga akhirnya Allah menyayangi dan memberatkan timbangan kebaikan orang tersebut di hari kiamat. Maka mareka menjadi ahli surga.

 

Lihat halaman berikutnya >>>

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement