Jumat 05 Jul 2024 16:36 WIB

Berjumpa dengan Allah

Menolong sesama manusia dapat jadi jalan upaya 'berjumpa' dengan Allah.

Kaligrafi lafaz Allah
Foto: dok wiki
Kaligrafi lafaz Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap Muslim tentu ingin—atau setidaknya merasakan—bertemu dengan Allah SWT. Secara umum, orang Islam beranggapan bahwa berinteraksi dengan Allah hanya bisa dilakukan melalui ibadah-ibadah ritual, seperti shalat, berdoa, berzikir, hingga pergi ke tempat-tempat suci untuk berhaji dan umrah. Tentu, anggapan ini tidak salah walau tidak 100 persen benar.

Melakukan ibadah ritual saja tanpa berdampak pada akhlak sosial, boleh jadi menimbulkn kesia-siaan. Bahkan, tak menutup kemungkinan kualitas ibadah yang demikian justru mendatangkan kecelakaan bagi pengamalnya.

Baca Juga

Alquran menyebut, shalat yang tidak melahirkan kepedulian sosial adalah as-sahun (lalai). Pengamalnya digelari sebagai pendusta agama.

"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin. Maka, celakalah bagi orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna" (QS al-Ma'un: 1-7).

Dalam pandangan Islam, hubungan ibadah ritual dan akhlak sosial bagaikan ruh dan jasad pada diri manusia. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, namanya bukan lagi manusia.

Demikian juga hubungan ibadah ritual dengan akhlak sosial. Keduanya tidak boleh dipisahkan. Satu sama lain harus saling berhubungan.

Shalat yang baik mesti melahirkan kesadaran berzakat, infak, dan akhlak baik. Alquran menegaskan hal itu. "Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat" (QS al-Baqarah: 110).

Salah satu indikator kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya adalah mendapatkan pertolongan dari-Nya. Caranya tidak sekadar beribadah ritual, tetapi juga sosial. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya sepanjang hamba tersebut menolong saudaranya" (HR Muslim).

 

Bahkan, dalam sebuah hadis qudsi, Allah berfirman ....

sumber : Hikmah Republika oleh H Karman
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement