REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menanggapi tentang masuknya barang-barang impor dari Israel ke Indonesia yang terkena boikot dari masyarakat. Pemboikotan dinilai berdampak terhadap menurunnya penjualan, namun masyarakat diminta untuk lebih cerdas dalam memastikan kebenaran barang yang diboikot.
“Yang namanya boikot sudah pasti akan berpengaruh, tinggal masalahnya itu benar atau tidak, sehingga perlu diboikot,” kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hippindo Haryanto Pratantara kepada Republika di sela acara diskusi bertajuk ‘Impor Ilegal Berjaya, Impor Resmi Dipersulit’ di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024).
Namun, Haryanto mengatakan Hippindo tidak memiliki data mengenai pengaruh boikot produk Israel terhadap penurunan penjualan pada bisnis para pengusaha ritel. Hal itu lantaran tidak diketahui secara persis produk-produk Israel apa saja.
“Soalnya kalau impor langsung dari Israel menurut saya mungkin tidak terlalu (banyak produknya). Tapi kalau dianggap bahwa salah satu pemiliknya dari sekian banyak adalah orang Israel atau perusahaan Israel, walaupun sangat kecil kontribusinya, diboikot bisa saja. Dan pasti akan ada pengaruhnya,” tutur dia.
Haryanto kembali menekankan bahwa kebenaran dari produk-produk tertentu merupakan barang dari Israel merupakan yang penting ditelusuri. Sebab, bisa jadi produk-produk Israel didatangkan dari negara-negara yang bersekutu dengan negara Zionis.
“Kan ini semua yang ada isu terkait Israel, walaupun tidak langsung, misalnya negara-negara sekutu Israel, produk dari negara itu diboikot ya pasti ada pengaruhnya karena orang Indonesia kan mudah sekali dipengaruhi, apalagi lewat sosmed,” ujar Haryanto.
“Tinggal yang kita perlu lihat adalah kebenaran-kebenarannya saja. Jangan sampai diboikot adalah yang karena isu doang, bukan sebenarnya,” lanjutnya menegaskan.
Saat disinggung mengenai informasi pintu-pintu masuknya barang impor dari Israel, Haryanto mengaku tidak mengetahui pula secara persis. Sebab organisasinya lebih fokus pada toko-toko ritel di pusat-pusat perbelanjaan. Namun, dia menyoroti tentang barang-barang impor yang masuk ke Indonesia secara ilegal yang bisa jadi terjadi pada barang impor dari Israel.
“Kalau pintu masuk resmi pasti dari pemerintah punya datanya. Tapi yang tidak resmi ini yang susah. Soalnya impor ilegal itu masuk dengan dua cara, satu, pelabuhan tikus yang tidak bisa dikontrol oleh pemerintah, yang satu lagi jalur resmi oleh oknum Bea Cukai,” tutupnya.