REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Muharram (Suro/Jawa) adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah, kalender Islam yang berdasarkan pada peredaran bulan. Muharram dianggap sebagai salah satu bulan suci dalam Islam, dan memiliki makna penting karena berbagai peristiwa bersejarah yang terjadi di dalamnya.
Umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari ke-10 Muharram, yang dikenal sebagai hari Asyura, sebagai bentuk ibadah dan peringatan atas berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam.
Bulan Muharam yang menjadi awal tahun baru hijriah menurut kepercayaan sebagian masyarakat Jawa adalah bulan yang sangat baik untuk me- nyelenggarakan ritual-ritual khusus. Apa saja ritual masyarakat Jawa di bulan Suro?
Sebagaimana dipaparkan dalam buku "Dakwah Kreatif: Muharam, Maulid Nabi, Rajab, dan Sya'ban", berikut enam ritual khusus masyarakat Jawa di bulan Suro:
1. Ritual Kepala Kerbau
Masyarakat Jawa di Tulungagung, Jawa Timur, menyambut 1 Suro dengan ritual melarungkan kepala kerbau di Laut Selatan Popoh. Potongan kepala kerbau itu ditaruh di sebuah sampan dengan tumpeng nasi kuning besar yang dihias dengan bunga-bunga. Lalu diarak sekelompok orang yang berpakaian seragam.
Upacara ritual itu dilengkapi dengan doa yang isinya minta keselamatan bagi para pengunjung, dan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar serta terhindar dari kutukan dan kemarahan Nyi Roro Kidul.
2. Ritual Mandi Suci
Masyarakat Jawa di Sukabumi, Jawa Barat, di awal bulan Suro ada ritual mandi suci di kawasan Pelabuhan Ratu. Ribuan pengunjung ramai-ramai terjun ke muara di pinggiran Samudera Beach Hotel untuk menyucikan diri.
3. Berendam di Kaki
Masyarajat Jawa di Semarang, Jawa Tengah sejak dahulu sudah mengenal ritual kungkum (berendam) untuk menyambut datangnya 1 Suro. Mereka berendam di Kali Garang sekitar Tugu Soeharto.
Para pengunjung percaya bahwa setelah melakukan ritual kungkum di Kali Garang akan mendapatkan berkah dan rezeki yang banyak, serta bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.
Lihat halaman berikutnya >>>