Ahad 07 Jul 2024 15:22 WIB

Perkuat Ekosistem Energi Terbarukan, Kementerian ESDM Luncurkan Platform Digital REI

Para pencari kerja juga dapat berlangganan informasi lowongan pekerjaan.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ilustrasi energi terbarukan.
Foto: freepik
Ilustrasi energi terbarukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) ESDM bekerja sama dengan proyek Renewable Energy Skills Development (RESD) meluncurkan situs Renewable Energy Indonesia yakni https://renewableenergy.id. Kepala PPSDM KEBTKE Susetyo Edi Prabowo, selaku Ketua Unit Pelaksana Proyek RESD, dalam keterangannya mengatakan situs REI bertujuan memperkuat ekosistem energi terbarukan di Indonesia.

Ada banyak penyajian informasi sektor EBTKE dalam situs tersebut. Itu termasuk lowongan pekerjaan, direktori perusahaan dan lembaga pendidikan, pelatihan, sertifikasi energi terbarukan, dan learning hub untuk mendalami berbagai aspek teknis maupun kebijakan energi terbarukan. Melalui situs REI, lanjutnya, para pencari kerja juga dapat berlangganan informasi lowongan pekerjaan di sektor energi terbarukan secara gratis.

Baca Juga

"Untuk memenuhi target pemerintah dalam penggunaan energi terbarukan, diperlukan peran generasi muda untuk turut andil dalam memperluas dan mempercepat bauran energi terbarukan di kehidupan masyarakat dan bangsa," kata Susetyo, yang diwakili Sub-Koordinator Kerja Sama Endah Heliana, dalam sambutannya saat peluncuran, lewat siaran pers, Ahad (7/7/2024).

Menurut dia, situs REI menjadi one-stop-platform untuk meningkatkan minat generasi muda dan publik secara umum dalam transisi energi. Proyek RESD merupakan kerja sama pembangunan antara Pemerintah Indonesia melalui BPSDM ESDM Kementerian ESDM dan Pemerintah Swiss melalui State Secretariat for Economic Affairs SECO. Ini dengan tujuan menciptakan tenaga kerja yang kompeten di sektor energi terbarukan, khususnya PLTS dan PLTA di Indonesia.

Peluncuran situs REI juga dibarengi diskusi virtual bertajuk 'Peluang Karir dalam Transisi Energi'. Diskusi ini dihadiri 360 anak muda dan mahasiswa dari 37 kota di Indonesia dan dua kota luar negeri. Kegiatan tersebut menghadirkan delapan pelaku industri energi terbarukan yakni environmental content creator Jerhemy Owen, Vice-Chairman Society of Renewable Energy Reiner Nathaniel, Head of Public Policy and Government Relations Suryanesia Zidny Ilman, Dosen Politeknik Negeri Ujung Pandang Yiyin Klistafani.

Selanjutnya, Solar PV Engineer Vena Energy Nur Fitryah, Business Development Manager Andritz Hydropower Edo Ronaldo, Manager Investment & Impact New Energy Nexus Indonesia Adeline Permata, dan Researcher Institute for Essential Services Reform (IESR) Faris Adnan. Dalam diskusi, Reiner memaparkan hasil penelitian bertajuk 'Green Jobs Outlook Menuju Indonesia Emas 2045'. Para pelaku industri energi terbarukan, Zidny dan Edo Ronaldo berbagi tips dan pengalaman bekerja di sektor PLTS dan PLTA di Indonesia.

Nur Fitryah, sebagai engineer perempuan di proyek yang berlokasi di Lombok Timur, mengajak perempuan membangun Indonesia melalui energi terbarukan khususnya PLTS. Kemudian Adeline menyampaikan tips berwirausaha dalam dunia energi terbarukan, lalu Faris menggarisbawahi peran riset dalam mendukung penyusunan kebijakan energi terbarukan di Indonesia. Dengan partisipasi generasi muda, civitas academica, industri energi terbarukan, dan masyarakat umum sebagai sasaran utama pengguna platform Renewable Energy Indonesia, diharapkan tercipta dampak yang lebih luas dalam mendukung transisi energi Indonesia.

Transisi energi menjadi sesuatu yang sangat mendesak. Berbagai kalangan membahasnya. Dalam sebuah diskusi yang digagas Kompas Institute, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal menyampaikan empat alasan mendasari hal itu.

Pertama, transisi diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dan menurunkan dampak perubahan iklim. Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), target penurunan emisi GRK di tanah air 31,89 persen atau setara 912 juta ton. Realisasi pada tahun 2022, 91,5 juta ton. Menurut Faisal, itu jauh dari target. "Bahwa memang lambat sekali soal transisi," kata Direktur Eksekutif CORE ini.

Kedua, meningkatkan keberlanjutan penggunaan energi. Sumber energi fosil bersifat tidak dapat diperbaharui. Dalam jangka panjang akan langka.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional, pemerintah menargetkan bauran EBT 23 persen pada 2025. Kemudian 31 persen pada 2030. Dalam data Sekretariat Jenderal Dewan Energi Nasional, realisasi EBT pada 2021 masih 12,2 persen.

"Masih didominasi oleh non-EBT (migas dan batu bara)," ujar Faisal.

Ketiga, meningkatkan energy security. Pemanfaatan sumber energi lokal yang bersih dan terbarukan, dapat meningkatkan keamanan pasokan energi dan mengurangi ketergantungan pada sumber energi impor. Keempat, meningkatkan daya saing ekonomi melalui inovasi teknologi, penghematan biaya energi. Kemudian penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi bersih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement