Ahad 07 Jul 2024 16:42 WIB

Nasihat Habib Nabiel Al-Musawa: Saat Titik-Titik Hitam Dosa Tutupi Hati

Namanya orang Islam bukan yang dalam KTP-nya beragama Islam.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habib Nabiel Almusawa
Foto: Republika/Havid Al Vizki
Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Habib Nabiel Almusawa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habib Nabiel Al-Musawwa menyampaikan tausiyah dalam Tabligh Akbar bertema MUI Menyapa Umat: Harmoni Ulama, Umara dengan Umat Menuju Indonesia Maju di Masjid Al-Ittihad, Cibubur, Ahad (7/7/2024).

Pengasuh Majelis Rasulullah menyampaikan, Nabi Muhammad SAW dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim menyampaikan tentang ciri-ciri orang Islam.

Baca Juga

Habib Nabiel menjelaskan, jadi yang namanya orang Islam itu bukan yang dalam KTP-nya beragama Islam."Tapi orang Islam itu adalah yang orang lain selamat dari lisannya, omongannya, caci makinya, ghibahnya, kebohongannya, fitnahnya, tangannya, kekuasaannya, kezalimannya dan lain sebagainya," kata Habib Nabiel di Masjid Al-Ittihad, Cibubur, Jakarta, Ahad (7/7/2024).

Ia mengatakan, Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan terkait hijrah. Habib Nabiel menjelaskan, yang namanya orang hijrah itu bukan saja orang Islam yang hijrah dari Makkah ke Madinah di masa Rasulullah SAW. "Yang namanya orang hijrah adalah orang yang pergi dari dari semua yang dilarang oleh Allah SWT," kata Habib Nabiel.

Habib Nabiel menerangkan, hijrah itu ada dua makna. Pertama, hijrah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kedua, hijrah dari satu kondisi ke kondisi yang lain. Kata para ulama, ada tiga langkah atau tiga cara supaya bisa hijrah maknawi. Satu langkah di antaranya adalah memahami hakikat dari dosa.

Habib Nabiel mengungkapkan, kata Baginda Rasulullah SAW, orang Islam itu adalah orang yang kalau melihat dosa itu seperti gunung yang akan menimpa dirinya. Sementara orang munafik itu melihat dosa itu seperti lalat yang hinggap di hidungnya. "Jadi nomor satu harus tahu hakikat dosa itu apa," ujar Habib Nabiel.

Banginda Nabi Muhammad SAW menyebutkan, kalau seorang hamba itu berdosa, maka dikasih satu titik hitam di hatinya. Kalau dia segera tobat dan istighfar kepada Allah SWT, maka dihapus satu titik hitam itu. Kalau dia tidak segera tobat dan tidak segera istighfar, tambah lagi dosa yang lain maka bertambah lagi titik hitamnya.

Allah SWT berfirman:

كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم مَّا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Kallā bal rāna 'alā qulụbihim mā kānụ yaksibụn

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (QS Al-Muthaffifin Ayat 14)

Habib Nabiel menjelaskan, kalau sudah titik-titik hitam itu menutup hati, maka tidak bisa khusyuk kalau sholat, tidak menangis kalau membaca Alquran, dan tidak bisa khusyuk kalau zikir. Karena dosanya sudah menutup hatinya.

"Bapak ibu sekalian jangan remehkan dosa kecil, Al-Imam Al-Ghazali di dalam kitabnya menyampaikan, salah satu sebab dosa kecil jadi dosa besar adalah dosa kecil yang dianggap kecil oleh pelakunya," kata Habib Nabiel.

 
 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement