Ahad 07 Jul 2024 21:53 WIB

Batuk tak Boleh Diobati Sendiri Sembarangan, Apalagi yang Sudah Berlangsung 2 Pekan

Batuk yang berlangsung hingga 2 pekan adalah yang paling umum dialami.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Wanita mengalami batuk (ilustrasi). Mengobati batuk tidak boleh sembarangan.
Foto: Republika
Wanita mengalami batuk (ilustrasi). Mengobati batuk tidak boleh sembarangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat musim pancaroba, batuk menjadi salah satu penyakit yang umum dikeluhkan masyarakat. Sebagian besar penderita batuk biasanya akan melakukan swamedikasi alias pengobatan sendiri, sebelum akhirnya ke dokter jika mengalami batuk berkepanjangan.

Dokter spesialis penyakit dalam di RS St Elisabeth Bekasi, dr Patriotika Ismail, mengatakan swamedikasi berpotensi berbahaya jika tidak dilakukan dengan benar. Karenanya, penting bagi masyarakat untuk mengenali berbagai jenis batuk dan penanganannya yang tepat.

Baca Juga

“Penyebab dan jenis batuk bisa berbeda-beda, jadi swamedika tidak bisa sembarangan. Adapun batuk yang patut diperhatikan adalah jika batuk sudah dialami lebih dari 2 pekan itu termasuk batuk kronis. Sebaiknya segera periksakan ke dokter,” kata dr Patriotika dalam keterangannya, dikutip Ahad (7/7/2024).

Ia menjelaskan batuk yang sifatnya akut atau berlangsung hingga 2 pekan adalah yang paling umum dialami. Jenis batuknya sendiri terdiri atas batuk berdahak dan kering. Menurut dr Patriotika, kedua batuk itu umumnya terjadi sebagai gejala awal penyakit lain seperti flu, atau iritasi saluran napas akibat polusi udara, alergi zat tertentu, dan asap rokok. Kedua tipe batuk ini biasanya dapat mereda dengan swamedikasi obat batuk OTC (over the counter/ dijual bebas) atau tablet hisap untuk batuk kering.

Dia menyebut, yang perlu lebih diwaspadai adalah batuk berdahak atau kering yang dialami hanya pada malam hari, karena selain dari sebab yang disebut di atas, bisa juga menjadi gejala acid reflux atau asam lambung yang naik ke saluran pernapasan. "Jika waktu malam Anda terganggu batuk berminggu-minggu, ada baiknya untuk segera memeriksakan diri ke dokter,” kata dr Patriotika.

Batuk juga bisa disebabkan ketika kecemasan dan rasa panik terjadi pada pikiran dan tubuh. Sering juga disebut habit cough atau batuk kebiasaan, situasi yang membuat gugup, panik dan tidak nyaman, udara dingin, bahkan jika di sekitarnya ada orang batuk bisa menyebabkan tercetusnya batuk seperti ini.

Habit cough umumnya tidak berdahak, tidak berespon terhadap terapi konvensional, namun tidak berbahaya. Batuk akan membaik jika masalah psikologis teratasi.

Terkait hal ini, dr Patriotika mengingatkan masyarakat, untuk selalu mewaspadai tanda-tanda batuk kronis dan batuk yang disebabkan penyakit yang menyerang paru-paru. “Jika batuk terasa parah disertai demam, menyebabkan sulit bernapas, nyeri dada, sulit makan, terdapat penurunan berat badan, bahkan mengeluarkan darah, bisa jadi penyebabnya adalah chronic obstructive pulmonary disease (COPD), batuk rejan (pertussis), atau bahkan tuberkulosis atau TB. Karena itu jangan lalai menangani gejala-gejala parah, terutama jika batuk sudah dialami menetap selama lebih dari dua minggu,” kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement