REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa para pejuang berhasil mengoperasikan alat peledak anti-personel buatan lokal yang disebut Ra'diya. Mereka dilaporkan melakukan serangan terhadap sebuah unit patroli jalan kaki penjajah Israel yang terdiri dari enam tentara di poros barat daya Tel al-Hawa. Al-Mayadeen melaporkan, operasi tersebut menewaskan dan melukai semua anggota unit tersebut.
Sementara itu, Brigade al-Mujahidin merilis alutsista lokal lainnya yang dinamakan dengan rudal Haseb 111. Faksi perlawanan Palestina tersebut mencatat bahwa rudal ini dikembangkan selama perang genosida yang dipimpin Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Menurut Al-Mayadeen, produksi rudal tersebut merupakan salah satu pencapaian terbesar yang dicapai selama Operasi Badai Al-Aqsa.
Darimana Hamas dan para pejuang Palestina mendapatkan bahan baku untuk membuat senjata? Para pejabat militer dan intelijen Israel telah menyimpulkan bahwa sejumlah besar senjata yang digunakan oleh Hamas dalam serangan 7 Oktober dan dalam perang di Gaza berasal dari militer Israel sendiri, lapor New York Times.
Selama bertahun-tahun, para analis telah menunjuk rute penyelundupan bawah tanah untuk menjelaskan bagaimana Hamas tetap memiliki persenjataan yang cukup lengkap meskipun ada blokade militer Israel di jalur Gaza. Meski demikian, intelijen baru-baru ini telah menunjukkan sejauh mana Hamas mampu membuat banyak roket dan persenjataan anti-tank dari ribuan amunisi yang gagal meledak saat Israel menembakkan roket-roket tersebut ke Gaza, menurut para ahli senjata dan pejabat intelijen Israel dan Barat. Hamas juga mempersenjatai para pejuangnya dengan senjata yang dicuri dari pangkalan militer Israel.
Informasi intelijen yang dikumpulkan selama berbulan-bulan pertempuran mengungkapkan bahwa pihak berwenang Israel salah menilai niat Hamas sebelum 7 Oktober. Mereka juga meremehkan kemampuan Hamas untuk mendapatkan senjata.