Selasa 09 Jul 2024 14:58 WIB

BRIN: La Nina Sebabkan Musim Kemarau Lebih Pendek

La Nina kali ini diprediksi berlangsung hingga akhir Februari atau awal Maret 2025.

Red: Satria K Yudha
Sejumlah wisatawan mancanegara menyaksikan gelombang tinggi di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (7/6/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Sejumlah wisatawan mancanegara menyaksikan gelombang tinggi di Pantai Kuta, Badung, Bali, Jumat (7/6/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan dampak fenomena La Nina kini sudah terasa dan mencapai puncak pada Oktober atau November 2024 mendatang. Fenomena ini membuat musim kemarau menjadi lebih pendek.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan bulan ini La Nina belum menunjukkan eksistensinya, tetapi dampaknya sudah kemana-mana. "Kita sekarang merasakan langit sering mendung dan turun hujan gerimis," ujarnya, Selasa (9/7/2024).

Baca Juga

Fenomena La Nina adalah pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu permukaan laut di Samudera Pasifik. Selama La Nina berlangsung, suhu permukaan laut di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik mengalami penurunan sebanyak 3 sampai 5 derajat Celcius dari suhu normal.

Suhu permukaan laut yang mendingin mengurangi pertumbuhan awan hujan di bagian timur dan tengah Samudera Pasifik, lalu meningkatkan curah hujan di wilayah khatulistiwa, terkhusus Indonesia.