Selasa 09 Jul 2024 17:59 WIB

Pefindo Ungkap Prospek Sukuk pada Tahun Ini

Pada semester I 2024 penerbitan sukuk baru mencapai Rp 5 triliun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)
Foto: https://pefindo.com/
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) melihat prospek Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang juga dikenal dengan nama Sukuk Negara masih cukup baik di tahun ini. Meskipun, di semester I 2024 penerbitan sukuk baru mencapai Rp 5 triliun, sementara di 2023 penerbitan sukuk mencapai Rp 17,3 triliun.

"Nilai Rp 5 triliun ini ada potensi naik di semester kedua ini, mengingat sejauh ini preferensi investor sudah cukup menyerap untuk instrumen sukuk, mulai dari sisi demand ada dan kemudian untuk sisi penawarannya sebenarnya cukup baik," ujar Kelapa Divisi Riset/Ekonom Pefindo, Suhindarto dalam Konferensi Pers yang diikuti secara daring, Selasa (9/7/2024).

Baca Juga

Suhindarto menambahkan, alangkah baiknya sukuk terus melakukan inovasi dalam penawarannya agar para investor dapat melirik instrumen sukuk sebagai pilihan lain selain obligasi untuk penerbitan surat utang. Berdasarkan proyeksi dari Pefindo, secara keseluruhan Sukuk sebenarnya masih sangat aman di tengah kondisi pasar saat ini. Bahkan, diperkirakan tren sukuk akan lebih baik di tahun 2023.

Berdasarkan catatan Pefindo, outstanding sukuk di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya, pada 2019 outsanding sukuk sebesar Rp 35,1 triliun dan terus meningkat hingga Rp 58,6 triliun pada 2023. Meskipun, pada semester I 2024 outstanding sukuk menurun 3,9 persen menjadi Rp 56,3 triliun.

"Pada semester I 2024 menurun sedikit karena beberapa sudah jatuh tempo dan juga karena penjualannya di semester I ini hanya Rp 5 triliun dan memang penerbitan Sukuk di 2024 ini kecil ya, sehingga menurun," ujar Direktur Utama Pefindo Irmawati Amran.

Sementara dari catatan penerbitan baru sukuk meningkat pesat hingga 51,2 persen pada 2022 menjadi Rp 20,4 triliun dari 2021 yang hanya Rp 13,5 triliun. Salah satu pendorong naiknya penerbitan Sukuk adalah kondisi Pandemi Covid-19 yang menyebabkan sebagian besar masyarakat mengalihkan tabungannya ke instrumen investasi.

"Pada 2023 kembali turun 15,4 persen menjadi Rp 17,3 triliun dan di semester I 2024 ini baru Rp 5 triliun," tutur Irmawati.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement