REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Edukasi dan sosialisasi akan bahaya tuberkulosis (TB) harus dilakukan secara masif. Tujuannya agar masyarakat memahami dan peduli dengan pencegahan dan pengobatan TB yang harus dilakukan hingga tuntas.
"Pemahaman masyarakat yang terbatas terkait tuberkulosis harus menjadi perhatian semua pihak dalam upaya mencegah dan mengatasi peningkatan jumlah kasus TB di tanah air," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya pada Senin (8/7/2024).
Catatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan memperkirakan kasus baru tuberkulosis pada 2024 mencapai 1.092.000 kasus.
Capaian penanganan TB pada 2023, tercatat 77% atau 821.200 penemuan kasus dari target 90%. Sedangkan kasus yang telah diobati mencapai 88% atau 722.863 kasus dari target 100%.
Berdasarkan capaian itu tercatat pengobatan sukses mencapai 87% untuk TB SO (TB yang biasanya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyerang organ tubuh lain) dan 80% untuk TB RO ( TB paru dan TB ekstra paru yang kebal atau resisten terhadap obat pada lini pertama atau obat TB SO sebelumnya).
Menurut Lestari, belum terpenuhinya capaian 100% pengobatan TB harus diwaspadai bersama, karena berpotensi memicu penularan lebih lanjut di masyarakat.
"Upaya mensosialisasikan pencegahan dan langkah pengobatan TB merupakan hal penting yang harus dilakukan segera," ujar Rerie.
Menurut Rerie, kepedulian antara pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah terkait upaya sosialisasi pencegahan dan penanganan TB harus diwujudkan, dalam upaya mencegah munculnya kasus baru.
Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap potensi munculnya kasus baru TB dapat terus ditekan dengan berbagai langkah pencegahan yang masif dan melibatkan masyarakat luas.
"Dengan begitu, kita dapat berharap mampu merealisasikan komitmen Indonesia mewujudkan eliminasi TB pada 2030," ujar Rerie.