Rabu 10 Jul 2024 11:51 WIB

Arab Saudi Ancam Eropa Terkait Aset Rusia, Ini Sejarah Gertakan ke Barat

Bukan kali ini saja Arab Saudi 'mengancam' negara-negara Barat.

Red: Hasanul Rizqa
ILUSTRASI Pom bensin di Amerika Serikat tutup imbas dari boikot ekonomi yang dilakukan OPEC, era kepemimpinan raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz.
Foto: rawpixel
ILUSTRASI Pom bensin di Amerika Serikat tutup imbas dari boikot ekonomi yang dilakukan OPEC, era kepemimpinan raja Arab Saudi, Faisal bin Abdul Aziz.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerajaan Arab Saudi memberi peringatan kepada negara-negara Barat anggota G-7. Riyadh dilaporkan tidak akan ragu untuk menjual sejumlah surat utang Eropa. Hal itu sebagai pembalasan atas tindakan G-7 yang menyita hampir 300 miliar dolar AS aset Rusia yang dibekukan.

Sesungguhnya, bukan kali ini saja Arab Saudi "menggertak" negara-negara Barat. Bahkan, pada masa pemerintahan raja Faisal bin Abdul Aziz dahulu, gertakan itu tidak sekadar retorika, melainkan aksi nyata. Akibatnya, negara-negara yang mendukung zionisme-Israel dihantam krisis energi atau bahan bakar minyak (BBM).

Baca Juga

Faisal bin Abdul Aziz mulai menjadi raja Arab Saudi sejak 2 November 1964. Masa kekuasaannya dikenang sebagai awal modernisasi negara tersebut.

Raja Faisal membuka keran kebebasan berpendapat, yang lebih progresif daripada era pendahulunya. Dalam bidang ekonomi, ia mencanangkan pembangunan industri dan pertanian. Visinya sudah menjangkau jauh agar Saudi tidak melulu bergantung pada pemasukan dari sektor pertambangan minyak dan gas bumi.