Rabu 10 Jul 2024 12:44 WIB

Ini Jadwal Puasa Ayyamul Bidh Muharram 1446 H

Puasa Ayyamul Bidh adalah salah satu amalan sunah.

Puasa Ayyamul Bidh
Foto: Republika.co.id
Puasa Ayyamul Bidh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada berbagai macam puasa sunah. Salah satunya adalah shaum Ayyamul Bidh. Secara kebahasaan, nama ayyamul bidh berarti ‘hari-hari yang cerah.’ Maksudnya adalah tiga hari yang malam-malam sebelumnya dihiasi bulan yang bersinar terang.

Awal bulan Muharram 1446 H bertepatan dengan tanggal 7 Juli 2024. Dengan demikian, ayyamul bidh atau pertengahan bulannya jatuh pada 13, 14, 15 bulan Muharram 1446 H, yakni tanggal 19, 20, 21 Juli 2024.

Baca Juga

Para ulama menyatakan, hukum puasa Ayyamul Bidh adalah sunah muakkad. Hal itu berdasarkan pada sejumlah hadis Nabi Muhammad SAW.

Keutamaan

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Rasulullah SAW sering tidak makan (berpuasa) pada hari-hari yang malamnya cerah, baik di rumah maupun dalam bepergian” (HR Nasa’i). Sebagai Muslim, alangkah baiknya bila kita meniru kebiasaan beliau, termasuk dalam amalan-amalan nonwajib.

Menurut para ulama, ada berbagai keutamaan puasa Ayyamul Bidh. Di antaranya adalah, nilai amalan tersebut seperti puasa di sepanjang tahun. Diriwayatkan dari Abu Dzar, “Sungguh Nabi SAW bersabda, ‘Siapa saja yang berpuasa tiga hari dari setiap bulan, maka puasa tersebut seperti puasa sepanjang tahun.’”

Tata cara

Seperti puasa-puasa sunah lainnya, shaum Ayyamul Bidh pun memiliki tata cara. Seseorang yang hendak melakukannya mesti berniat pada malam sebelumnya. Kemudian, ia pun dianjurkan untuk makan sahur menjelang waktu subuh atau sebelum imsak. Nanti begitu waktu maghrib tiba, buka puasa hendaknya disegerakan.

Saat belasan jam berpuasa, seseorang seyogianya tidak sekadar menahan lapar dan haus. Durasi itu dapat diisi dengan banyak kegiatan positif, semisal tadarus Alquran, mendirikan shalat-shalat sunah, ataupun belajar. Insya Allah, dengan demikian dirinya akan mendapatkan keberkahan.

Sejarah

Seperti dinukil dari laman resmi Nahdlatul Ulama, Ayyamul Bidh memiliki latar sejarah. Ibnu Abbas, dikutip dari kitab ‘Umdatul Qari`Syarhu Shahihil Bukhari, mengaitkannya dengan kisah Nabi Adam AS ketika diturunkan dari surga.

Begitu sampai ke bumi, bapak umat manusia itu merasa sinar matahari menyengatnya. Kulitnya menjadi gelap. Allah mewahyukan kepadanya agar berpuasa tiga hari. Di setiap hari shaumnya, sepertiga badannya kembali cerah. Maka di hari ketiga, kondisinya seperti sedia kala.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement