REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Teori asal usul manusia dinilai kerap menjadi topik diskusi antara agama dan sains yang dipenuhi kontroversi. Terutama, sejak terbitnya buku On the Origin of Species, dengan sub-judul Survival of the Fittest by Means of Natural Selection, karya Charles Darwin pada tahun 1859.
Buku inilah yang memunculkan Filsafat Darwin tentang seleksi alam bagi kelangsungan makhluk hidup. Buku tersebut menjelaskan makhluk hidup selalu berkembang dari bentuk yang paling sederhana, yaitu makhluk bersel tunggal (uniseluler) menjadi makhluk yang bersel banyak (multiseluler) alias makhluk tingkat tinggi, melalui suatu perjuangan panjang melawan lingkungan. Mereka yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya yang akan dapat melangsungkan kehidupannya dan berkembang ke arah kesempurnaan struktural.
Filsafat Darwin, yang kemudian diterima masuk dalam dunia Ilmu Biologi, terus berkembang sehingga lebih dikenal dengan Teori Evolusi atau Teori Darwin. Teori ini pun mendapat tentangan dari para agamawan, utamanya dari agama-agama samawi: Yahudi, Kristiani, dan Islam, karena cenderung menegasikan Tuhan. Di sisi yang lain, teori ini diterima secara baik oleh dunia ilmu pengetahuan sekuler.
Dalam Kisah Para Nabi Pra Ibrahim dalam Perspektif Alquran dan Sains, Alqur'an berbicara tentang penciptaan manusia atau Adam sebagai manusia pertama di dunia. Perhatikan beberapa ayat-ayat berikut!
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah." (al-Mu'minūn 23: 12)
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk." (QS al-Ĥijr 15: 26)
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS al-Ĥijr 15: 28)
"Ia (Iblis) berkata, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (QS al-Ĥijr 15: 33)
"Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar."(QS ar-Raĥmān 55: 14)
"Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali?" (QS Maryam 19: 67)
Kalimat tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk dalam terjemah atas ayat 26, 28, dan 33 dari Surah al-Ĥijr, merupakan terjemahan dari kalimat “șalșālin min ĥama'in masnūn.” Adapun kalimat “saripati (berasal) dari tanah” dalam terjemah ayat 12 Surah al-Mu'minūn merupakan terjemahan dari kalimat “sulālatin min țīn.”
Terakhir, kalimat “tanah kering seperti tembikar” dalam terjemah ayat 14 Surah ar-Raĥmān merupakan terjemahan dari kata “șalșālin kalfakhkhār.”
Telaah awal kejadian manusia dapat ditafsirkan sebagai berikut. “Saripati (berasal) dari tanah” (QS al- Mu'minūn 23: 12) memberi pengertian bahwa tanah tersebut mengandung unsur-unsur yang diperlukan bagi proses kehidupan.