Rabu 10 Jul 2024 18:49 WIB

Sambut Grand Syekh Al-Azhar, Pendeta Gomar: Kami Beruntung Punya Saudara-Saudara Muslim

Pendeta Gomar mengatakan, mereka yang lemah, miskin dan tidak mampu bersuara.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketum PGI Pdt Gomar Gultom
Foto: pgi.or.id
Ketum PGI Pdt Gomar Gultom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gomar Gultom menyambut kehadiran Imam Besar Al-Azhar Mesir,  Prof Shekh Ahmed el-Tayyeb di Indonesia. Pendeta Gomar menganggap, kunjungan tersebut  merupakan suatu kehormatan bukan saja umat Muslim di Indonesia, tetapi juga bagi gereja-gereja di Indonesia.

Dalam pidatonya di depan Grand Syekh Al-Azhar, Pendeta Gomar mengatakan, dunia kini  tengah tercabik-cabik oleh ragam konflik dan peperangan. Peradaban pun semakin mengedepankan kuasa dan harta, sebagai buah dari budaya kerakusan. Di tengah situasi tersebut, ujar dia, acapkali perdamaian dan kemanusiaan sering tinggal menjadi slogan, karena ternyata berbagai tatanan ekonomi dan politik global terbukti tidak mampu mengatasi berbagai kontestasi dalam berbagai lapangan hidup.

Baca Juga

Pendeta Gomar mengatakan, mereka yang lemah, miskin dan tidak mampu bersuara, utamanya perempuan dan anak-anak, dari waktu ke waktu semakin terpinggirkan.

"Agama-agama yang sejatinya hadir untuk memanusiakan manusia ternyata juga sering bias oleh kepentingan sesaat, bahkan acap terjebak menjadi kendaraan bagi kepentingan ekonomi atau politik tertentu," kata Pendeta Gomar di acara Interfaith and Intercivilizational Reception for Grand Imam of Al Azhar Syekh Ahmed El Tayeb di Ballroom Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Pendeta Gomar menambahkan, akibatnya peran transformatif agama-agama yang menyejarah itu sering tinggal menjadi retorika. Dia menilai, peran tersebut hanya mengedepankan simbol-simbol agama dan kehilangan.

Di tengah kecenderungan demikian, dunia sangat tertolong dengan komunike bersama Imam Besar Al-Azhar, Yang Mulia Prof Sheikh Ahmed el-Tayyeb, dan Bapa Suci Sri Paus Fransiskus, tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama. 

"Komunike yang dikenal dengan Dokumen Abu Dhabi ini menukik pada substansi hidup bersama sebagai umat manusia, yakni persaudaraan kemanusiaan, yang melewati batas-batas agama, suku bangsa, ras dan pilihan politik, karenanya sangat relevan dengan masyarakat dunia saat ini," ujar Pendeta Gomar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement