Kamis 11 Jul 2024 08:12 WIB

Konflik dengan Militer Kian Memanas, Rabi Yahudi: Apa Gunanya Israel Berdiri?

Para rabi mengeluarkan pernyataan sikap bersama untuk menentang wamil.

Ribuan pria Yahudi ultra-Ortodoks bentrok dengan polisi Israel pada Ahad (30/6)
Foto: VOA
Ribuan pria Yahudi ultra-Ortodoks bentrok dengan polisi Israel pada Ahad (30/6)

REPUBLIKA.CO.ID, TELAVIV — Pimpinan Rabi Sephardi Israel secara resmi menginstruksikan para siswa Yeshiva untuk mengabaikan kantor-kantor perekrutan tentara. Rabi Utama Heredim, Rabi Dov Landau menegaskan, pihaknya mengecam undang-undang wajib militer terbaru yang didiskusikan di Knesset. Dia mendorong para siswa untuk lebih memilih penjara dan pencabutan anggaran daripada bekerja sama dengan tentara Israel.

Rabi tersebut menyatakan bahwa undang-undang tersebut bertujuan untuk menghancurkan Taurat. Dov Landou secara agresif menyerang keputusan Menteri Pertahanan Yoav Gallant untuk memanggil 3.000 orang Yahudi Haredi - aliran Yahudi ultra-orthodox yang paling konservatif - melakukan  wajib militer. Dia  mengatakan, "Sebuah negara yang merekrut Yeshiva tidak memiliki hak untuk eksis."

Baca Juga

"Tentara sedang berperang dengan kami, dan ingin merampas hak-hak para siswa Taurat, yang merupakan bunuh diri total," katanya, seraya menambahkan, "Dengan tidak adanya rezim, dan di tengah-tengah perang tentara melawan kami, apa gunanya berdiri? Pemerintah sepenuhnya mutlak melawan kami,"ujar dia seperti dikutip Al-Mayadeen.

photo
Pria Yahudi ultra-Ortodoks membakar sampah saat protes menentang perekrutan tentara di Yerusalem pada Ahad, 30 Juni 2024. - (AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Setelah wacana mengenai wajib militer bagi komunitas ultra-ortodoks, para rabi kepala mengadakan pertemuan. Mereka mendesak para Haredim untuk mengalihkan perhatian mereka dari perintah wajib militer dan tidak pergi ke kantor-kantor perekrutan.

Pada akhir pertemuan, Landau meminta Rabbi Haim Aharon Kaufman, kepala komunitas Haredim, untuk menyampaikan pendapatnya kepada rekan-rekannya dari komunitas Sephardi dan Hasidic. Mereka pun mengeluarkan pernyataan sikap bersama untuk menentang wajib militer.

Kepala Yeshiva Slabdoka, Rabbi Moshe Hillel Hirsch, memerintahkan para siswa untuk mempengaruhi para pemuda ultra-ortodoks yang tidak belajar di sekolah-sekolah agama.

Menanggapi pernyataan Landau, para pemimpin sekolah-sekolah agama Yahudi Sephardi di Barat, beberapa di antaranya adalah anggota Dewan Orang Bijak Taurat (Shas), mengadakan pertemuan. Mereka mengeluarkan maklumat Taurat yang menyatakan pelarangan untuk masuk tentara.Maklumat yang ditandatangani itu selanjutnya melarang kehadiran di kantor-kantor perancang wajib militer.

Tiga ribu Yahudi Heredi ikut wamil..

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement