REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadis sahih, Nabi Muhammad SAW bersabda mengenai perkara-perkara yang Allah cintai. Rabb semesta alam meridhai hamba-hamba-Nya yang beribadah hanya kepada-Nya. Kemudian, ketika manusia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Terakhir, Allah suka bila manusia berpegang teguh pada agama-Nya, yakni Islam.
Masih dalam teks hadis yang sama, Nabi SAW menerangkan perihal sesuatu yang dibenci Allah. "Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “... Dan Dia (Allah) benci atas kalian tiga perkara yaitu kabar burung (qiila wa qaala), banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta” (HR Bukhari Muslim).
Qiila wa qaala dalam sabda Nabi SAW itu secara harfiah ialah 'katanya-katanya.' Maksudnya, informasi yang belum jelas sumber dan atau kebenarannya.
Suatu berita hendaknya diperjelas sebelum disebarluaskan. Bila tidak demikian, ia hanya menjadi kabar angin atau desas-desus. Dan, seperti disampaikan hadis tersebut, Allah SWT membenci sikap yang percaya pada informasi yang tidak tentu sumbernya.
Dalam Alquran surat an-Nur ayat ke-11, Allah berfirman:
وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
Kedua, banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak berfaedah. Bila ada yang tidak atau belum dimengerti, maka seseorang dianjurkan bertanya. Namun, apabila pertanyaan yang sama diajukan berulang kali, itu dapat menjurus pada kesia-siaan atau bahkan konflik.
Contohnya, orang-orang Bani Israil yang banyak tanya tentang perkara sapi betina. Kisah ini diabadikan dalam Alquran surah al-Baqarah.
Waktu itu, Nabi Musa AS sudah menyampaikan kepada mereka tentang perintah Allah SWT, yakni hendaknya seekor lembu betina disembelih.
Dengan begitu, Allah SWT akan menunjukkan kepada orang-orang ini kebenaran perihal kasus terbunuhnya seorang dari mereka.
Bukannya langsung melaksanakan apa-apa yang diperintahkan, Bani Israil ini justru banyak tanya tentang sifat sapi yang hendak disembelih itu.
Pada akhirnya, jawaban yang mereka peroleh justru kian mempersulit diri sendiri. Padahal, sebelumnya Allah menghendaki kemudahan bagi mereka, tetapi mereka sendiri yang memperumit keadaan.
Hal ketiga yang dibenci Allah Ta'ala ialah menyia-nyiakan harta. Idho'atul maali dapat di maknai sebagai membelanjakan harta yang dimiliki secara boros serta tidak pada jalan yang di ridhai-Nya.
Apalagi, bila harta itu diperoleh dengan cara-cara yang haram atau syubhat. Dalam surah al-A'raf ayat ke-31, Allah berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Sikap boros juga berarti mengikuti perilaku setan. Ini ditegaskan dalam Alquran surah al-Isra ayat ke-27:
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
“Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya.”